Entah sudah berapa puluh air mata yang mengalir deras dari kedua pipi gadis itu. Fiona tidak tahu lagi harus bagaimana.
Fiona memasukkan jari ke dalam jemari Wandi lalu menempelkannya pada pipinya. "Wandi, ayo bangun. Gue kangen banget sama lo." Fiona lalu mencoba menyeka air matanya dan berkata lagi, "nanti kalau lo sadar. Gue janji gue bakalan ngelakuin apapun. Asal lo sadar dan mau temenin gue lagi di sini."
Namun, yang dia lihat Wandi sama sekali belum sadarkan diri. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia telah sadarkan diri hingga akhirnya Fiona kembali menangis di samping Wandi dan membenamkan wajahnya di antara kedua tangannya, dia menangis tersedu-sedu.
Namun, tanpa sengaja Fiona menyentuh tangan Wandi. Ia merasa ada pergerakan. Dengan sigap, Fiona menekan bel yang terdapat tidak jauh dari tempat tidur Wandi. Tidak berapa lama kemudian dokter datang menghampiri untuk memeriksakan kondisi Wandi.
***
