"Ah, benar juga, Tante."
"Ini, jasku, pakailah," ujar Wandi lalu melepas jasnya.
Lalu gadis itu terlalu pergi sebelum akhirnya dia berpamitan.
***
"Astaga,Fiona. Kamu sedang apa di sini?"Dengan cepat Fiona menghapus air matanya.
Jia tidak mau orang lain melihat Fiona menangis. Jia menutup wajah Fiona dengan jas yang pinjamkan oleh Wandi.
"Kamu sedang apa kemari?"
"Hapus dulu air matamu, baru bicara denganku, Fiona."
Ia begitu prihatin melihat kondisi Fiona, dia menyesal lembut punggung gadis itu. Lalu menepuk-nepuk punggungnya perlaha. "Gue tahu ini nggak mudah, tapi lo harus tetap ngejalanin ini, okay?"
"Nggak usah sok-sokan Bahasa Indonesia, nggak cocok sama kamu," balas Fiona lalu menyeka air matanya lagi. Tentu saja dia hanya bergurau. "Padahal, kalau tadi kamu bilang lebih dulu padaku, aku bisa saja bilang dan membawamu bertemu dengan Denis."
"Denis?"
"Iya, tadi aku bertemu Denis di kampus sebelum ke sini, sepertinya dia sengaja untuk menunggu kamu."