"Gue senang kalau lo bahagia, so dengerin gue baik-baik, impian itu nggak akan pernah terjadi kalau lo nggak pernah usaha dan nggak berdoa. Impian cuma akan menjadi angan-angan. Dan apa yang lo lakuin tadi, apalagi percaya sama bunga-bungaan itu, itu nggak ada."
Fiona mengangguk setuju apa yang dikatakan memang benar Fiona melakukannya. Karena dia tahu itu sulit untuk digapai dan apa yang Fiona lakukan hanya untuk menghibur dirinya sendiri.
"Ya udah, kalau gitu. Sekarang giliran lo." Fiona menatap Denis tersenyum ramah.
"Apa? Gua nggak mau tahu, pokoknya lo harus pejamkan mata lo, sekarang."
"Tapi, Fi─"
"Nggak mau tahu, pokoknya Lo harus pejamin mata lo sekarang. Den, lo juga kan pasti punya kebahagiaan tersendiri. Udah deh, lo nggak usah bawel, sekarang," ujar Fiona meletakkan telapak tangannya ke arah mata Denis dan memaksanya untuk memejamkan mata. Mau tidak mau cowok itu menuruti.
Denis mulai merasa sedikit lebih rileks. "Are you ready?" tanya Fiona.