"Soalnya kalau lo nangis, jelek banget. Gue nggak suka lihat lo nangis, Fiona."
"Kalau lo ngasih tau gue lebih awal, gue nggak akan nangis kok kalau di depan lo."
"Hm, itu dia alasaannya. Iya, lo nggak akan nangis di depan gue, tapi lo bakal nangis di belakang gue kan? Itu jelas lebih nyakitin buat gue. Lo menyimpan luka sendirian, tapi gue nggak tahu. Apa lo pikir itu nggak nyakitin?"
"Ya udah gue rasa besok udah boleh pulang nih—"
"Loh, kok balik? Emang lo udah sembuh?"
"Gue boleh rawat jalan."
"Tapi—"
"Lo bisa bawa gue ke pantai, kan? Ingat nggak janji lo sama gue?" tanya Yos lagi mencairkan suasana. Karena jika tidak begitu, entah sampai kapan Fiona akan terus menangis.
Dengan cepat Fiona menggeleng kepala, "nggak mau, pokoknya kalau lo nggak sembuh, gue nggak mau bawa lo kemana-mana."
"Terus kalau nggak kemana-mana masa gue di rumah mulu sih? Kan bosen. Lagian lo bentar lagi balik loh ke Korea. Masa nggak boleh sih? Gue kan mau me time sama lo."
"Yos, tapi kan, lo—"