"Iya deh. Ya udah, lo bantuin gue sana di dapur belum─" pangkasnya.
"Enggak mau. Gue tadi udah cuci piring, ya. Sekarang giliran lo."
"Loh terus lo mau ke mana?"
"Gue mau ke rumah Wandi. Sekalian mau pamitan sama dia. Ya udah, eh tapi ingat ya!_ ujar Fania lagi melanjutkan, "lo jangan sampai ngasih harapan, cerita bisa aja, jangan ngeluarin kata-kata gimana-gimana. Nanti Wandi berharap sama lo."
Fiona mengangguk pelan. "Iye, enggak. Menurut gue nih, Wandi nggak akan baper lagi kok sama gue."
"Dih, sok tahu banget. Tahu dari mana lo?"
"Gimanapun gue pernah suka sama Wandi dan gue sahabatan sama Wandi. Jadi, gue mungkin orang pertama yang tahu kalau dia lagi jatuh cinta sama cewek."
"Jatuh cinta? Bukannya dia alergi sama cewek ya?"
"Iya bisa dibilang agak alergi, tapi nggak yang alergi-alergi banget ah, jadi masih ada kesempatan kalau ada cewek yang suka sama dia. Ya masih bisa."
"Siapa sih ceweknya? Bikin gue penasaran aja."
"Dih, kepo banget jadi orang."