"Tapi daripada gua fokus sama motif itu, mendingan sekarang gua fokus dulu siapa dia, biar gue bisa tahu apa sebenarnya motif dia, kali aja gue bisa jadi komikus beneran, kan."
Saat tengah memperhatikan bukti-bukti itu, gawai milik Wandi berdering dari nomor asing.
"Halo, Wan, ini gue Denis."
"Oh lo, ada apa Den? Tumben lo nelpon gue malam-malam?"
"Tadi pagi lagi sama Viona?"
"Iya, lo, jangan salah paham dulu."
"Ah, nggak, kok. Enggak, bukan gitu. Gue seneng kok kalau lo deket lagi sama Viona. Gimanapun kan kalian sahabatan, tapi yang jadi pertanyaan gue, gue dapat teror lagi ya?"
"Iya, Denis, di gelas itu ada tulisan teror."
"Serius loh? Terus keadaan Fiona gimana?"
"Untungnya Viona nggak kenapa-napa, dia selamat. Ah, dia sempat shock sih, cuman mungkin karena udah terbiasa jadi dia nggak begitu kaget tadi."
"Tapi lo anterin dia pulang kan?"
"Iya gua anterin dia dan gua langsung kasih tahu Vania."
***
"Siang, Mba. Maaf sudah mengganggu waktu pagi Anda."