"Ya udah, Ma, ayo."
"Bentar dulu Mama siap-siap dulu ya ampun, Ma, timbang ke depan doang. Pakai ini aja udah."
Ibunya menunjukkan baju daster yang dia kenakan. "Fan, masa Mama ke depan pakai daster?"
"Emang mau cari perhatian sama siapa sih di depan sana? Udahlah langsung aja udah."
"Ih, bukan begitu, Fania."
"Kalau begitu ayo kita jalan sekarang biar Mama yang bawa motor."
"Enggak mau, Ma, Fani aja. Soalnya kan Mama kalau bawa motor lama, daripada kita kenapa-napa di jalan, hayo?"
"Ya ampun, Ma, Fania nggak gitu, loh."
"Sudahlah, kamu nggak usah bantah Mama mulu." Fania mau tidak mau mengalah lagi.
Padahal hari ini sangat terik. Mentari terasa begitu menusuk hingga ke tulang-tulang. Karena tidak ada pilihan lain, maka Fania pun mengiyakan ajakan ibunya.
***