Aku menutup jarak di antara kami sampai mulutku melayang di atas mulutnya. "Coba aku," tantangku. "Aku bertaruh jika aku menyelipkan tanganku di antara kakimu, kau akan basah. Apakah Aku benar?"
Dia menelan. "Salah."
Aku menyeringai. "Dan aku bertaruh jika aku menggosokkan ibu jariku ke putingmu, itu akan sulit."
"Disini dingin."
"Itu benar? Jadi aku tidak berpengaruh padamu? Apakah itu yang kamu katakan?"
Rowan mengangkat bahu, tidak terpengaruh.
"Kau memar hatiku di sini, nona. Lemparkan aku tulang atau apalah," pintaku. "Aku tidak akan menciummu lagi sampai aku tahu di mana kepalamu berada."
Aku menolak untuk mengacaukan momen ini dengan berpikir dengan penisku. Sebanyak aku menginginkannya, aku tidak akan sepihak ini. Dia harus memberitahuku bahwa dia juga menginginkanku, atau dia harus menghentikan ini bahkan sebelum itu bisa dimulai.
"Baiklah," katanya, duduk lebih tegak. "Bolehkah aku menunjukkannya padamu?"
