Aku mengayunkan pinggulku, dan dia menggigit bibir bawahnya. "Ya Tuhan, Sawyer," bisikku, membenamkan wajahku di lehernya. Aku akan kehilangan omong kosongku. Itu yang pertama bagi aku. Aku belum pernah seumur hidupku merasakan sesuatu yang luar biasa seperti dia.
Pikiran aku berkelebat ke percakapan yang aku lakukan dengan ayah aku setelah perceraian aku. Dia bertanya apakah aku pernah merasakan keajaiban? Aku mengatakan kepadanya bahwa dia gila, sihir itu tidak ada, dan dia hanya memberi aku senyum malas. "Di situlah kesalahanmu, Nak," katanya. "Ketika Kamu mengalami keajaiban, Kamu akan mengetahuinya. Saat itulah Kamu tahu itu nyata. Saat itulah Kamu tahu Kamu menemukannya. Aku bisa melihatnya di dalam dirimu. Dia bukan putra ajaibmu."