"Ya," bisikku-mengerang.
Punggungku melengkung saat sensasi muncul di dalam diriku, tapi kemudian Gavin meluncur keluar dan jatuh berlutut. Tepat saat aku akan bertanya apa yang dia lakukan, dia mencengkeram pahaku dan merentangkan kakiku.
Perutku rata di atas meja saat dia menyelipkan lidahnya ke tengahku. Dia menjentikkan dan mengisap, mencicipi setiap inci tubuhku saat aku mencakar granit. Aku hampir tidak bisa mengisi paru-paruku dengan udara saat dia menarik keluar orgasme lagi, mulutnya melahap vaginaku seperti itu hal terakhir yang pernah dia rasakan.
Saat Gavin berdiri, dia meraih lenganku dan memutar tubuhku hingga aku menghadapnya. Bibir kami menyatu, dan dia mengangkatku.
"Ya Tuhan," pekikku saat dia membawa kami keluar dari dapur.
"Tunggu sebentar." Dia menyeringai.
Ketika kami memasuki kamarnya, kami jatuh di atas tempat tidur, dan dia dengan cepat memposisikan Aku untuk mengangkanginya.
"Naiki aku."