Malam itu hujan begitu derasnya, tanah mulai digenangi air yang mulai keruh karena bercampur lumpur. Seorang perempuan dengan baju gamis dan kerudung panjang yang dia kenakan berlari menembus hujan. Terlihat untaian gamis sudah sangat kotor karena dia tidak memakai alas kaki. Dia terus saja berlari menembus badai bahkan tidak perduli kakinya sudah mulai luka dan berdarah yang ada di benaknya sekarang adalah lari dari rumah mewah itu. Mungkin bagi sebagian orang kehidupan mewah adalah mimpi mereka tapi tidak dengan perempuan manis ini dia memilih pergi dari semua itu. Hujan saat ini masih saja mengguyur jalanan, perempuan itu tak putus asa untuk terus berlari.
Sesekali dia menengok kebelakang karena takut jika ada yang mengikutinya, dia tidak ingin kembali ke sisi lelaki itu.
Setalah berlari cukup jauh Ayya melihat ada sebuah gubuk kecil, dia bergegas untuk berteduh di sana karena hujan mulai deras beserta angin.
"Mungkin malam ini aku akan berteduh di sini dulu" Pikir gadis itu. Dia merasa cukup jauh meninggalkan area rumah mewah itu.
***
"Tuan, sekarang hujan deras bagaimana kalau kita tunda pencarian nyonya? salah satu sekretarisnya bernama Adi memberikan ide, padahal dia sangat tahu bahwa emosi tuannya ini tidak akan stabil jika pawangnya sedang tidak ada.
"tidak, kita terus buru dia" ucapnya dengan nada dingin dan menahan emosi yang sejak tadi ingin dia lepaskan. Adi hanya bisa menggeleng kepala lesu, Tuan Jhovan benar-benar murka kali ini ketika mendapati istrinya kabur untuk kesekian kalinya.
"Aku akan berikan pelajaran padanya agar perempuan itu tidak berfikir untuk kabur dariku lagi" Ada sebuah tekat yang kuat dari sorot matanya yang tajam. Lelaki berwajah malaikat itu justru menyimpan aura iblis dalam dirinya. mungkin orang lain akan memuja ketampanan wajahnya tapi bagi Ayya dia tidak perduli itu semua.
Hujan di luar sana masih sangat deras, tapi belum ada tanda-tanda bahwa anak buah yang dia sebar tadi memberikan info tentang istrinya itu. Sebuah deringan telpon milik Adi berdering cukup keras memecah keheningan yang sempat terjalin.
"siapa?" Tanya Jhovan, lelaki itu menatap dengan dingin tapi Adi sudah biasa mendapati laki-laki ini bersikap seperti itu padanya.
"mereka menemukan nyonya" Senyum jahat tercetak jelas di bibir lelaki itu, ternyata keberuntungannya masih berpihak padanya. Mengikat perempuan itu dengan sebuah pernikahan cukup sulit baginya hingga harus mengancam nyawa orang yang di kasihnya. Jangan salahkan dia mengapa dia begitu gila menginginkan perempuan itu.
"habis kau kali ini" Gumam Jhovan di sela senyum jahatnya.
***
Ayya duduk bersandar sambil memeluk lututnya sendiri, udara begitu dingin karena hujan masih saja deras seperti tidak ada tanda akan reda. Sesekali matanya waspada pada pergerakan yang ada disekelilingnya sebab seluruh anak buah dari lelaki itu pastinya sudah menyebar untuk memburunya.
"Syabila, tolong aku!" Gumam Ayya putus asa, dia terus saja menyebut nama sahabat baiknya itu.
"Tenyata kamu disini" Deg, sebuah suara yang familiar di telinga Ayya, itu suara Jhovan. Habislah dia sekarang ketika mendongakkan matanya bertemu dengan mata lelaki yang setiap hari dia lihat, sorot mata itu tetap sama tapi kali ini tak ada kelembutan yang ada hanya sebuah emosi kebencian. Ayya sudah terbiasa menghadapi sifat pemarah dan keras kepala dari lelaki yang baru 1 bulan menikahinya itu.
"kamu" Hanya kata itu yang mampu Ayya ucapakan saat ini dia berdiri tiba-tiba dan berlari tapi sebelum insting larinya menjadi kenyataan lelaki itu sudah mencekal pergelangan tangannya.
"Mau kemana kamu?"
"Lepaskan aku!" Ayya berusaha melepaskan cekalan tangan Jhovan tetapi tangan itu mencekal begitu kuat.
" Tidak, sayang. kali ini aku tidak akan memberikan kelonggaran lagi" Terang lelaki itu sambil menahan emosinya yang hampir meledak saat itu juga.
"apa yang kau mau dariku? Lepaskan lah aku!" Gadis itu memohon dengan berurai air mata, saat ini dia benar-benar putus asa. Jhovan lagi-lagi hanya menggeleng, menandakan dia tidak setuju dengan usul wanitanya itu.
"Aku mohon lepaskan aku!" pinta wanita itu lagi. Habis sudah kesabaran Jhovan dia menarik perempuan itu lebih keras hingga tubuh kurus itu membentur tubuhnya, secepat kilat Jhovan menarik pinggang istrinya dan membisikan sesuatu.
Bersambung
ini hanya goresan pena sederhana dari mahkluk yang sedang kesepian.