Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Alba Arachis Hypogea

po_yie
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.3k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - Alba Arachis Hypogea

Beberapa orang berasumsi, bahwa mudah sekali untuk melupakan seseorang, namun tidak dengan kenangannya. Entah harus dimulai darimana, tawanya yang membuatku tersenyum sembari bersyukur, juga bau tubuhnya yang membuatku tidak ingin jauh darinya, tempat yang biasa kita datangi, jalan yang biasa kita lalui, serta apapun yang membuat kita ikhlas untuk saling membahagiakan.

Parongpong malam ini diguyur hujan yang tidak terlalu deras namun sedari tadi sore belum juga reda, ditemani mie goreng tanpa saus juga es kopi palm sugar, rasanya sangat tenang. Dirumah tidak ada siapapun bapak dan ibu pergi ke Bekasi, aku lupa mengabari akan pulang tadi pagi, untungnya ibu selalu menyimpan kunci rumah dipot bunga, meskipun harus memanjat pagar terlebih dahulu.

Namaku Alba, Alba Arachis Hypogea sebagian teman memanggilku kacang, Arachis Hypogea itu nama latin dari kacang tanah, entahlah Bapak mendapatkan inspirasi namaku darimana, lahir di kota Bandung dibulan Desember yang selalu hujan, kota Bandung semakin dingin, sedangkan aku merasa hangat dipeluk oleh Ibu serta kain hangat yang diberikan oleh ibu bidan yang belum kukenal pada saat itu, barangkali jika aku benar mengingat sewaktu bayi baru lahir mungkin gambarannya seperti itu, ibu pernah bercerita aku lahir sebelum Maghrib tiba, tidak disangka paginya ibu masih sibuk pergi ke pasar.

Bapakku Soedarmanto berasal dari Jakarta Betawi asli, Ibunya atau nenekku dari bapak keturunan Tionghoa namanya Soe kapah, cantik saat memakai kebaya, menikah dengan Polantas yang mampir di warung kopinya dulu, ya kakekku Polisi namanya Kia Derajat, sempat ditolak oleh nenek dan kakek tidak pernah menyerah lalu menikah. sedangkan Ibuku Linda Patmawati wanita asal Bandung, bertemu dengan Bapak di Lembang katanya, sempat kutanya bagaimana bapak bisa mendapatkan hati Ibu, katanya itu soal rahasia hanya perasaan yang mampu menjawabnya. Aku anak kedua dari dua bersaudara, kakakku Trian Putra, dosen dari universitas swasta di kota Bandung menikah dengan rekannya saat kuliah namanya Frasilia Mangindaan wanita Manado yang memutuskan untuk memeluk agama Islam sebelum kenal bang Trian, sudah mempunyai anak dua, pulang ke Manado hanya satu tahun sekali atau bisa hanya dua tahun sekali, terkadang ingin berkunjung kesana penasaran katanya wanita Manado cantik-cantik, orang rumah memanggilnya mbak Lia, kini mengajar disekolah di kota Bandung tidak jauh dari rumah. Sedangkan adikku namanya Sabila Putri Alesyya, sedang sibuk mengurusi persyaratan ke sekolah barunya, ia baru akan masuk sekolah menengah atas tahun ini mengambil jurusan IPA padahal bagiku IPS lebih menyenangkan, sedangkan dulu waktu sekolah, aku mengambil jurusan Pertanian, bisa dibilang bingung lalu secara random memilih jurusan Pertanian, selama tiga tahun selalu bersuara " Aku Petani, Aku Petani, Ya aku Petani ". Namun saat kuliah aku mengambil jurusan sastra Indonesia, selain suka kopi aku pun suka puisi, tapi tidak puisi cinta romantis yang berlebihan, namun setelah dipikir-pikir tidak ada yang berlebihan, semua yang kita lakukan hanyalah ikhlas yang benar-benar ikhlas, rumit rasanya di semester akhir namun kehidupan masih begini-begini saja, aku kuliah di Kalimantan 4 tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi merantau kesana, mengadu nasib, mencari jati diri, juga mempertahankan apa yang seharusnya mudah untuk dipertahankan.