"Apa yang akan kamu lakukan pada suamiku Yasmin? Kamu tidak akan pernah berhasil melakukannya selama aku masih menjadi istrinya," kata Saroja geram
Saroja melihat perempuan itu berada di sebelah Adil.
Saroja merasa bahwa perempuan itu terlalu berani. Bukan berani kata yang tepat untuk perempuan yang sengaja mendekati laki-laki yang sudah beristri tetapi lebih kepada murahan.
Dia sudah jelas mengetahui bahwa laki-laki itu tidak sendiri tapi dia sengaja mendekatkan dirinya dengan keinginan yang ada di dalam kepalanya.
Dia pikir bahwa dia bisa melakukan hal-hal murahan dengan sangat mudah.
"Kamu tidak perlu terlalu percaya diri hanya karena kamu adalah mantan Mas Adil! Lantas kamu bisa berbuat semaumu sendiri begitu?"
"Kamu salah besar, Yasmin!!!!!"
"Sayang jika wajahmu yang cantik itu kamu gunakan untuk merebut suami orang!"
"Jika kamu sedikit berkelas maka kamu bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik daripada Mas Adil."
"Jangan pernah kamu pelihara sifat murahanmu itu. Kamu tidak perlu menuruti ambisi orang lain,
cukup menjadi dirimu sendiri saja!"
Saroja berbicara panjang lebar kepada Yasmin tetapi sepertinya Yasmin tidak memperdulikan apa yang Saroja katakan. Hal itu tampak dari cara Yasmin bersikap.
Melihat hal tersebut, Saroja menjadi geram. Dia kemudian berusaha agar membuat Yasmin menoleh kepadanya.
Pada saat yang sama Yasmin melihat pamannya melintas. Dia berusaha untuk menarik perhatian sang Paman dengan cara sedikit memekik. Yasmin bersikap seolah-olah dia sedang kesakitan.
"Aduh apa yang kamu lakukan Saroja!"
Dan benar, suara itu membuat sang Paman menoleh kepadanya. Ayah mertua Saroja yang sangat membela Yasmin kemudian mendekati mereka seraya berkata:
"Apa yang kamu lakukan terhadap keponakanku Saroja? Kamu jangan bersikap lancang!"
"Saya tidak melakukan apapun Ayah. Saya hanya berbicara dengannya, saya hanya sedikit memberi dia pelajaran agar dia tidak mendekati suami saya."
"Kamu tidak perlu berlaku lancang seperti itu! Seandainya bukan karena Adil memohon kepadaku agar aku mau meminangmu menjadi menantuku maka kamu tidak akan pernah menikah dengan Adil."
"Apa yang Ayah katakan? Saya hanya berusaha untuk mempertahankan hak saya, Ayah?!" Saroja berbicara sambil matanya berkaca-kaca.
"Hak apa yang kamu maksudkan? Sampai hari ini Yasmin adalah keponakanku. Dia lebih berhak berada di sini daripada kamu. Jangan pernah mengatakan tentang hak kepadaku!"
Ayah mertua Saroja demikian marah kepadanya. Yasmin tampak berbahagia dengan apa yang dikatakan oleh sang Paman.
Yasmin merasa semakin berkibar di rumah itu. Kesempatannya untuk mendekati Adil semakin besar. Hal itu membuat Yasmin penuh percaya diri.
Saroja meninggalkan tempat itu sambil menangis. Dia berlari menuju ke kamarnya. Dia tidak menyangka bahwa rumah tangganya akan mengalami masalah seperti ini.
Sejak awal Saroja sudah berkata kepada Adil suaminya bahwa dia siap melewati permasalahan apapun kecuali jika itu berhubungan dengan perempuan lain.
Di dalam kamar itu Saroja menangis terisak-isak. Di sana ada ibunda Adil sedang mengasuh anak Saroja dengan penuh cinta.
Ibu mertua yang baik itu kemudian mendekati Saroja.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu menangis?" tanya ibu mertua yang baik itu kepada Saroja. Dia mendekati Saroja kemudian menyentuh kepalanya sambil mengusap-usap rambut menantunya yang tertutup jilbab itu.
Mendapati pertanyaan sedemikian rupa Saroja bukannya diam, dia malah semakin menangis.
"Perempuan itu terlalu pintar, Bu. Dia berhasil mengambil hati Ayah sehingga Ayah marah kepadaku. Padahal aku hanya membela diriku. Aku tidak mau perempuan itu mendekati Mas adil, apalagi sampai menyentuh bagian tubuhnya. Aku melihat dia melakukannya di depan mataku."
"Apa kamu bilang apa?? Yasmin menyentuh tubuh Adil maksudmu bagaimana?" sang Ibu tampak murka mendengar pengaduan dari Saroja.
"Iya Bu. Yasmin menyentuh jemari Mas Adil kemudian menciumnya. Dan Saroja melihatnya saat mereka melakukan hal itu. Mas adil sudah berusaha menjauhi Yasmin tetapi Yasmin terus saja mengejarnya."
"Dan ketika Saroja berusaha untuk mempertahankan apa yang seharusnya Saroja pertahankan, dia malah berpura-pura berteriak seolah-olah Saroja telah menyakitinya, padahal Saroja tidak melakukan apa pun terhadap Yasmin, Bu."
"Lalu kemudian Ayah datang. Ayah melakukan pembelaan terhadap Yasmin. Hal itu jelas saja membuat Yasmin merasa besar kepala di rumah ini. Yasmin merasa bahwa Ayah telah memberinya ruang yang seluas-luasnya sehingga dia bisa melakukan apapun terhadap Mas Adil."
Ibunda Adil kemudian keluar dari kamar menantunya itu dan menuju ke arah sebuah ruangan. Di sana Adil bekerja bersama beberapa orang anak buahnya.
Ibunda Adil melihat Yasmin berada di samping Adil sama persis seperti apa yang diceritakan oleh Saroja. Perempuan tua itu geram. Dia lantas mendatangi Yasmin dan memegang tangannya kemudian menarik lengan perempuan itu ke samping.
"Tante, apa yang Tante lakukan kepadaku? Ini membuat aku merasa kesakitan. Seharusnya Tante tidak bersikap seperti ini. Bukankah aku tamu di rumah ini?" kata Yasmin dengan sangat berani memandang kearah ibunda Adil yang sedang menarik lengannya tersebut.
"Kamu bisa saja membodohi suamiku tapi kamu tidak akan pernah bisa membodohiku!"
"Aku sangat mengerti watak dari perempuan-perempuan perebut suami orang itu seperti apa meskipun saat ini aku sudah berusia lanjut."
"Kamu tidak perlu mengajarkan kepadaku tentang bagaimana caranya berbuat sopan santun! Bagaimana mungkin aku bisa berbuat santun kepadamu, jika kamu sendiri tidak berbuat santun di rumah ini!"
"Apa sebenarnya yang Tante inginkan terhadapku? Kenapa Tante bisa bersikap sekejam ini? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa. Aku hanya berdiri di samping Adil. Apakah hal itu salah menurut Tante?"
"Jika Adil saat ini belum memiliki istri mungkin kamu tidak akan dianggap salah. Jika kamu mendekatinya namun kenyataannya saat ini Adil telah memiliki istri dan kamu tidak memahami hal itu," ibunda Adil bicara sambil matanya melotot ke arah Yasmin. Dia benar-benar tidak ingin ada wanita lain menghancurkan kehidupan rumah tangga putranya.
"Apakah kamu mau mengadu kepada suamiku seperti tadi kamu mengadukan Saroja kepadanya? Silakan saja kamu mengadu tapi asal kamu tahu, sekali kamu mengadu maka kamu akan mendapatkan balasan akan aduanmu berkali-kali lipat!"
"Yasmin tidak mengerti dengan apa yang Tante katakan? Kenapa Tante bisa bersikap sekejam ini kepada Yasmin?" Yasmin mengulang-ulang kalimatnya karena dia merasa bingung. Ibunda Adil sama sekali tidak bersikap baik terhadapnya sejak dia pertama kali datang kerumah itu.
"Yasmin... Yasmin... kamu berlagak sok polos dan sok suci dihadapanku! Aku tahu kamu sedang bersekutu dengan suamiku agar Adil dan Saroja bisa bercerai, kan?
Apakah kamu pikir aku tidak mengetahui hal itu. Kamu salah besar Yasmin!"
"Sekarang aku beritahu. Seandainya kamu saat ini bersekutu dengan suamiku maka Saroja akan bersekutu denganku. Aku dan Saroja akan menghalangi apapun hal-hal buruk yang akan kamu lakukan. Kamu harus mengingat itu! Buatku, di rumah ini tidak ada tempat untuk masa lalu. Seandainya kamu menginginkan masa lalumu kembali hidup di rumah ini maka saya akan memberitahukan bahwa kamu salah tempat."
"Kamu paham!!!"
Usai mengatakan hal itu, ibunda Adil kemudian meninggalkan Yasmin yang sedang ternganga seorang diri di tempatnya.