Semua masih diam mereka fokus pada makanan yang ada di depan mereka tetapi tiba-tiba perempuan itu justru bicara lagi,
"Saroja kamu tidak perlu marah padaku. Aku hanya saudara Mas Adil meskipun kami dulu berpacaran tetapi kenyataannya sekarang Mas Adil sudah menikah denganmu kan?"
Saroja merasa mual dengan apa yang dikatakan oleh Yasmin. Sungguh benar-benar menjijikkan.
"Dasar perempuan dari kampung! Dia tidak tahu tentang sopan santun dan pergaulan. Itulah sebabnya dia mudah sekali marah."
Saroja tahu kalimat yang diucapkan oleh bapak mertuanya itu ditujukan kepadanya, hanya saja bapak mertuanya berusaha untuk menetralisir suasana agar tidak semakin panas dan bergemuruh.
Saroja kemudian berdiri. Dia memilih pergi dari ruangan itu. Rasanya tidak nyaman berada di sana. Dia tidak ingin melanjutkan makannya, dia biarkan makanan yang tersisa di piringnya itu.
"Saroja kamu mau kemana?" tanya Bu Sugarda kepada Saroja.
Dan dengan sifat sopan nya Saroja lantas menjawab :
"Saroja mau ke kamar dulu Bu, kepala Saroja sedikit pusing, Saroja mohon izin."
Setelah menjawab pertanyaan mertuanya demikian, Saroja kemudian pergi dari ruang makan itu menuju ke dalam kamarnya.
Yasmin tersenyum menang. Senyum itu terus saja dikulumnya. Dia merasa bahagia telah membuat Saroja cemburu.
Memang itu adalah misinya dia datang kerumah ini, sengaja untuk membuat Saroja merasa tidak nyaman.
Yasmin telah bersepakat dengan pamannya bahwa dia akan terus berusaha sampai Saroja benar-benar pergi dari rumah itu dan meninggalkan Adil.
Yasmin sangat yakin kecantikan dan kemolekan tubuhnya akan mampu membuat Adil terpesona. Dia adalah manusia paling jago memanfaatkan kelebihannya itu.
Pasti sangat membahagiakan bila kita bisa masuk dalam kehidupan kita dimasa lalu tanpa harus terbebani apapun. Hal itu yang saat ini dirasakan oleh Yasmin.
Yasmin sudah membayangkan bahwa dia akan menjadi menantu di keluarga ini. Menjadi menantu paling disayang dan juga paling dikagumi. Berjalan bersama, berdua dengan Adil, laki-laki gagah, yang bisnisnya saat ini sedang sangat menjulang.
Yasmin lantas pindah duduk di samping Adil. Dia menggenggam tangan Adil dengan kesungguhan.
Kemudian dia berkata, "Mas, aku minta maaf ya, kalau aku tadi sampai membuat istrimu cemburu. Aku tidak punya keinginan yang macam-macam kok, Mas."
"Mungkin saja istrimu tidak terbiasa melihat perempuan dan laki-laki berciuman, tetapi di tempatku menuntut ilmu, hal seperti itu sangat wajar. Kami biasa melakukannya dengan teman atau sahabat yang sudah akrab."
"Tolong..... nanti sampaikan permintaan maafku kepada Saroja, ya!"
"Iya nanti pasti akan aku sampaikan. Tenang saja kamu."
"Sudahlah Yasmin. Tidak usah terlalu dipikirkan apa yang ada dalam pikiran Saroja. Biarkan saja, dia memang seperti itu. Adil terlalu sering memanjakannya. Itu sebabnya dia jadi semakin menjadi-jadi, dia kadang-kadang bahkan tidak bisa menempatkan diri, di mana dia harus marah dan di mana dia harus bersikap biasa. Seperti saat ini di depan saudaranya sendiri, dia bisa saja melakukan kecemburuan seperti itu, memalukan!!!"
"Setiap orang itu memiliki perasaannya masing-masing. Tidak bisa juga kita menyamakan antara perasaan kita dengan perasaan orang lain. Bisa saja apa yang kita lakukan hari ini tidak menyakitkan bagi diri kita sendiri, tapi justru sangat menyakitkan bagi orang lain," ucap Bu Sugarda sambil berdiri.
Bu Sugarda kemudian melangkah meninggalkan ruang makan itu. Dadanya terasa sangat sesak. Dia tidak menyangka ada perempuan yang begitu murahan justru berasal dari keluarganya sendiri.
Bu Sugarda masuk menuju kamar Saroja. Dia melihat Saroja sedang bercanda dengan putranya.
"Ibu apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Saroja kepada ibu mertuanya dengan sopan.
"Tidak ada."
"Ibu hanya bilang kepadamu, kamu tidak perlu meninggalkan ruangan seperti tadi. Jika kamu meninggalkan ruangan seperti tadi, lantas membiarkan suamimu berduaan dengan perempuan murahan itu, ibu justru khawatir suamimu malah akan tergoda kepada perempuan itu."
"Saroja mohon maaf kalau Saroja salah. Saroja tidak tahan berada di sana. Sepanjang Saroja tinggal di rumah ini, Saroja tidak pernah berpenampilan tidak sopan seperti itu di depan orang banyak. Terlebih ketika harus mencium bibir laki-laki lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kita. Saroja mengerti Yasmin adalah sepupu mas Adil, tapi bukankah mereka berdua sudah sama-sama dewasa sudah selayaknya mereka mempunyai tata krama kan Bu?"
"Ibu sangat sepakat denganmu, Nak, tetapi ada hal yang harus kamu ketahui. Yasmin adalah perempuan di masa lalu Adil. Dia bisa saja menggoda Adil. Bila hal itu terjadi maka kamu dan putramu akan merasakan kerugian yang teramat sangat. Itulah sebabnya sebelum pencuri masuk ke dalam rumah kita kita harus siap siaga. Kita wajib mengunci pintu rumah, juga mengunci semua jendela. Jangan beri kesempatan pencuri untuk masuk. Kamu pasti paham kan apa yang ibu inginkan kan?"
Saroja diam-diam menarik nafas panjang. Lima tahun dia berumah tangga dengan Adil suaminya. Selama lima tahun itu hubungan rumah tangga mereka baik-baik saja, tidak pernah ada permasalahan.
Adil termasuk lelaki baik dan jika hari ini ternyata permasalahan itu datang Saroja sebenarnya merasa sangat lelah. Dia sudah tidak ingin lagi merebut perhatian laki-laki, memalukan sekali di usianya yang sudah tidak muda, dia justru harus berkejaran dengan perhatian yang mestinya dia dapatkan kalau memang mas Adil mengerti tentang hak dan kewajiban, tentang apa-apa yang seharusnya dilakukan dan tidak. Bila semua harapan Saroja dilakukan oleh Mas Adil pasti semuanya akan selesai dengan baik.
"Apa yang ada dipikiranmu Saroja?" tanya Ibu mertuanya kepada Saroja.
Saroja hanya tersenyum. Dia diam, dia tidak ingin mengatakan apapun kepada wanita itu. Dia sangat sayang kepadanya. Dia juga sangat peduli pada ibu mertuanya seperti itu juga ibu mertuanya peduli kepada Saroja.
"Ya sudah, sekarang biar putramu bersama Ibu. Kamu keluar, kamu jaga Adil. Jangan biarkan perempuan itu mendekati Adil barang sedetik pun. Kamu harus benar-benar bisa menjaga rumah tanggamu Saroja. Jangan pernah kamu biarkan ada perempuan lain yang sengaja masuk dan mengobrak-abrik kehidupanmu."
'Tapi Bu," jawab Saroja.
Dia merasa enggan keluar, justru dia merasa nyaman berada di dalam kamar ini sambil menunggu mas Adil masuk ke kamarnya.
"Sudah, tidak usah banyak bicara. Keluarlah! Kamu harus mendampingi suamimu, menemui tamu tamu yang datang. Ibu sangat mengerti kesibukan yang saat ini sedang dijalani oleh Adil dan sebagai istri kamu pun juga harus berada disampingnya. Jangan membiarkan kehidupanmu yang damai tentram dan bahagia ini hancur. Ingat itu Saroja!".
Dan tanpa bisa melawan Saroja kemudian berdiri. Seperti itu memang yang selama ini Saroja lakukan. Dia berusaha menjadi istri, ibu, juga menantu yang baik di rumah suaminya. Dia tidak pernah ingin membuat permasalahan yang akhirnya justru membuat ibu dan ayah mertuanya membencinya. Tetapi tentang benci, ada satu hal yang sampai saat ini Saroja tidak mengerti ayahnya. Ayah mertuanya, ayah dari Adil suaminya, sangat tidak menyukai Saroja. Saroja sendiri tidak mengerti apa sebabnya.