Chereads / MENCUMBUI MASA LALU / Chapter 2 - CIUMAN YASMIN

Chapter 2 - CIUMAN YASMIN

Mendung masih menggantung, suasana dingin nya juga masih menggelayut, saat-saat seperti ini, tidur adalah sesuatu yang paling nyaman untuk dilakukan oleh semua orang.

Yasmin telah bangun dari tidurnya di kamar yang disediakan untuknya di rumah Om Sugarda.

Dia merasa perutnya sangat lapar. Dia berdiri masih mengenakan gaun tidur yang berbahan satin dan berwarna merah. Gaun tidur selutut itu dia pakai, dia kemudian mematut dirinya di depan cermin. Ada bandana dengan hiasan diamond putih yang menghias rambutnya. Dia tampak manis dipandang. Yasmin kemudian mengoleskan lipstik dan bedak tipis di wajahnya. Dia berdiri kemudian menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Dia seolah-olah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia sudah cantik dan tampak nyaman dipandang mata.

Penampilan Yasmin hari ini demikian menantang terlebih atasan gaun yang ia kenakan pun tanpa lengan.

Yasmin membuka pintu kamarnya, dia mencoba mencari orang yang berada di sekitar kamar tersebut. Dia melihat ke kanan juga ke kiri tapi tidak ada siapapun.

"Mbak, Om dan Tante ke mana ya?" tanya Yasmin kepada seorang perempuan yang tiba-tiba melintas di depan matanya.

"Oh, Bapak dan Ibu ada di atas semuanya, sedang makan malam, silakan Mbak Yasmin naik saja ke atas!"

Rumah Pak Garda dan Bu Garda memang demikian besar.

Rumah itu memiliki dua lantai dengan kamar-kamar yang sangat banyak juga dengan pilar yang tinggi menjulang.

Ruang makan berada di lantai atas, begitu juga dengan dapur bersih.

Yasmin tersenyum menyapa semua orang yang duduk di ruang makan itu, matanya berpendar-pendar menatap mereka satu persatu.

"Nah, ini Yasmin sudah bangun. Ayo duduk disini! Ikut kita makan malam bersama."

Yasmin kemudian mendekati pamannya. Dia tersenyum manis kepada sang paman yang telah mempersilahkan ia duduk. Dia pun kemudian duduk di tempat yang telah disediakan.

Adil dan juga Bu Sugarda saling memandang.

"Kenapa kalian sepertinya tampak bingung?" kata Yasmin kepada Adil juga Bu Sugarda

"Tidak ada apa-apa Yasmin, tempat kamu duduk itu adalah tempat yang biasanya ditempati oleh istrinya Adil, tapi karena dia masih di kamar tidak apa-apa lah, siapa yang cepat dia yang dapat. Duduk saja di situ!."

"Adil, apakah kamu lupa ini Yasmin. Yasmin kecil yang dulu sering berkejar-kejaran dengan kamu."

"Ya Tuhan, apakah ini Mas Adil? Kamu tambah cakep saja Mas," ucap Yasmin sambil mengulurkan tangan kepada Adil kemudian secepat kilat bibir merahnya menyentuh bibir Adil. Ada yang berdesir sesaat ketika kedua bibir bersentuhan.

Bu Sugarda merasa jijik dengan tingkah dari keponakan suaminya.

Ini Jawa bukan Inggris, di mana adat istiadat dan juga tata krama sangat dijunjung tinggi.

Berciuman bibir di depan orang tua itu namanya melanggar adat. Tidak tahu tata krama, setidaknya itu yang ada di dalam pikiran bu Sugarda.

Pada saat Yasmin mencium bibir Adil pada saat yang sama juga Saroja muncul di antara mereka.

Saroja berdiri tegak. Dia seolah tidak bisa melangkahkan kakinya melihat ada perempuan mencium bibir suaminya. Ini untuk pertama kali hal itu tampak di depan matanya dan yang lebih mengherankan lagi kedua orang tua yang berada di kanan-kiri Adil tidak memberikan teguran kepada perempuan itu. Bahkan mereka juga tidak memberikan teguran kepada Adil. Hati Saroja luar biasa terluka.

"Mas, kenapa kamu diam saja mendapatkan ciuman seperti itu?" tanya Saroja kepada Adil.

Yasmin lantas berdiri memandang perempuan yang memanggil 'mas' kepada Adil. Di dalam hatinya menggumam, " Apakah ini istrinya Adil?".

"Maaf sayang, bukan maksudku untuk tidak ....maaf...." Adil terbata-bata mengucapkan kalimat yang hendak disampaikan kepada istrinya. Dia merasa bingung harus memulai bicara dari mana.

"Sudahlah Saroja, kamu duduk saja! Perkenalkan, ini Yasmin, keponakan Om. Dia adalah saudara sepupunya Adil. Jadi tidak masalah kalau mereka berciuman. Mereka hanya menumpahkan kerinduan saja. Mereka tidak berpikir tentang apa-apa. bukankah begitu Yasmin?" Pak Sugarda mencoba menjelaskan dengan versinya tetapi penjelasan itu sama sekali tidak bisa diterima oleh akal dan pikiran.

Bu Sugarda kemudian berdiri, dia mendekati Saroja lantas mendorong tubuh itu dan menyeret kursi yang tadinya ditempati oleh Yasmin.

"Duduklah di sini! Kemudian kita akan makan malam bersama-sama. Sudah, tidak usah diributkan tentang kejadian tadi yang penting saat ini kita makan malam bersama-sama."

Bu Sugarda berusaha mengalihkan perbincangan. Tetapi lebih dari itu, bu Sugarda ingin menunjukkan kepada suaminya bahwa dia tidak akan pernah rela tempat menantunya ditempati oleh orang lain meskipun itu adalah keponakan suaminya sendiri.

Saroja duduk di kursi yang disiapkan Bu Sugarda, dia bingung. Dia menatap ke kanan juga ke kiri. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan lagi, yang dia tahu saat ini dia berada dalam sebuah dilema. Hatinya tidak tenang mengingat ciuman yang dilayangkan kepada suaminya oleh perempuan tadi siapapun perempuan itu.

"Ayo sekarang kita makan!" Ajak Bu Sugarda berusaha mencairkan suasana.

Yasmin tersenyum sambil kepalanya menggeleng. Mereka semua makan tetapi situasinya sudah tidak seperti biasanya. Mereka makan dalam ketegangan. Berbeda sekali dengan hari-hari sebelumnya dimana ruang makan adalah tempat yang paling nyaman untuk berbincang-bincang.

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Yasmin kepada Saroja.

Saroja masih saja memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Dia seolah-olah sengaja melakukan hal itu agar dia tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Yasmin. Muak sekali rasanya, sungguh dia benar-benar tidak ingin menjawab pertanyaan dari perempuan itu. Lagipula tidak ada kepentingannya juga dia mengenal siapa Saroja yang penting dia tahu bahwa Saroja adalah istri dari Adil begitu saja sudah cukup.

Satu hal yang membuat Saroja muak adalah perempuan ini sedang berada di ruang makan, di depan paman dan bibinya, juga di depan sepupunya sendiri, bahkan di depannya ipar sepupunya, dia malah menggunakan pakaian seadanya. Pakaian tidur dibawa ke ruang makan, sungguh sangat tidak sopan.

"Saroja! Yasmin sedang bertanya kepadamu, kenapa kamu diam saja?"

"Apa yang kamu pikirkan?" "Kamu jangan terlalu banyak berpikir tentang hal-hal yang tidak semestinya. Itu hanya akan membuat kamu menjadi lekas tua."

"Sudah lah Mas, tidak usah dibahas dan tidak usah dilanjutkan. Biarkan Saroja meneruskan makannya, Adil juga belum selesai dengan makanannya. Dari dulu ibu kan sudah bilang, kalau sedang berada di ruang makan, jangan bertanya tentang apapun. Fokus dulu pada makanannya. Makan sambil berbicara itu tidak baik. Apa dari dulu tidak pernah diajari dengan orang tuanya?"

Bu Sugarda bicara sendiri. Dia sepertinya memang benar-benar ingin menunjukkan rasa tidak sukanya kepada Yasmin.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Bu Sugarda Yasmin diam, Saroja juga diam, terlebih lagi Adil dia merasa sulit sekali menempatkan diri berada dalam posisinya benar-benar tidak nyaman.