Casey selalu diajarkan untuk selalu bersikap sopan pada siapa pun, tak terkecuali dengan para pekerja yang ada di rumahnya. Bahkan ia lebih menganggap seperti teman, karena usia mereka beberapa tidak begitu jauh dengannya. Terkadang jika ia sedang bosan bermain sendiri di kamar, ia berbincang dengan para pelayan maupun sopir.
Kini jari Casey kembali membuka aplikasi otome game yang tadi malam ia mainkan. Dari empat karakter laki-laki, ia sudah menaklukan tiga sampai tahap pernikahan. Sejujurnya satu karakter yang bernama Noel tidak membuat dirinya tertarik. Bukan, bukan tidak tertarik, tetapi sulit ditaklukan dan bukan tipe idaman Casey. Ia menimbang-nimbang apakah ia harus menamatkan semua karakter di dalamnya, tetapi bukan berarti ia tak pernah mencoba rute Noel, hanya saja selalu gagal.
"Sepertinya malam ini aku akan main di rute Noel," gumamnya dengan mulut yang masih penuh dengan dessert terakhirnya.
Setelah selesai makan, Casey bergegas mandi sebelum melanjutkan kesibukan malamnya nanti.
***
Casey sudah siap dengan alat tempurnya. Cemilan, soft drink, lampu kamar pun telah mati digantikan lampu led berwarna ungu kesukaannya. Ia memasang haeadphone berbentuk kucing di kepalanya lalu mengarahkan kursor mouse ke tab bertuliskan 'play'.
"Mulai!"
"Kau yang akan menjadi pelayan di sini? Selamat datang di mansion kami!"
Casey terus mengikuti arahan game tersebut, sesekali memilih dialog yang tepat untuk mengarah ke karakter yang ia pilih di awal. Di awal-awal semua kejadian hampir sama di semua rute, dan menurutnya rute Noel sepertinya akan panjang. Terkadang ia malah salah fokus pada Luke yang begitu cool dengan tatapan tajamnya, humor Eric yang membuatnya tertawa atau pun tingkah gemas milik Gabriel.
Belum beberapa jam tak seperti rute lainnya, Casey mulai mengantuk bahkan netranya terkadang terpejam begitu lama sampai ia sadar lalu melanjutkan bermain. Karena sudah tak tahan dan hilang kesadaran, Casey tertidur tepat di depan layar komputernya. Membiarkan para karakter itu menonton dirinya yang tertidur dengan lelap.
.
.
.
.
Semilir angin yang tidak begitu kencang tetapi mampu menyapa helaian surai panjang berwarna hitam seorang gadis yang berada di depan gerbang yang menjulang tinggi sebuah mansion besar. Gadis tersebut mengedipkan netranya beberapa kali, memfokuskan pandangannya.
"Di mana aku?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Tak lama dari itu, mobil mewah berhenti tepat di depan dirinya. Kaca mobil diturunkan menampilkan seorang pria paruh baya dengan senyuman tipisnya. "Nona, sudah menunggu lama di sini? Masuklah, saya akan mengantarkan ke dalam."
Gadis itu semakin bingung, tetapi tetap mengikuti perkataan pria tersebut.
Sampai tepat di mansion itu, tak henti-hentinya sang gadis mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria paruh baya itu menyuruhnya untuk duduk di sofa yang terlihat mewah.
"Duduklah, Tuan Luke, Noel, Eric dan Tuan Gabriel sebentar lagi akan tiba."
'Eh? Luke, Noel, Eric dan Gabriel? Apa maksudnya? Ini aku Casey, bukan?' pikir gadis itu.
Memang jika ia perhatikan, scene pertama, pria paruh baya di depannya ini dan mansion yang sedang ia masuki sangatlah mirip dengan game A Mirror Family. Casey tidak mengerti dengan apa yang terjadi, dan dirinya sebentar lagi akan bertemu dengan empat karakter itu? Yang benar saja! Ini terlihat tidak masuk akal!
"T-tunggu sebentar! Bolehkah aku meminjam kamar kecil?" tanya Casey dengan sedikit panik.
"Tentu saja, akan saya antar," jawab pria itu dengan sopan.
"T-terima kasih."
Setelah ia memasuki kamar kecil yang sebenernya malah bisa dibilang besar itu, Casey langsung saja pergi ke arah cermin. Ia benar-benar ingin melihat penampilannya sekarang.
Dan benar saja, bukan penampilan dirinya sebagai Casey yang ada di depan cermin, melainkan Gwen Valerian sang heroine dalam game A Mirror Family!
Casey memegang kepalanya frustrasi, kenapa bisa ia masuk ke dalam game ini?!
Ia terus mengingat terakhir kalinya ia sadar, tetapi menurutnya sama sekali tidak ada keanehan. Sebenarnya ada apa dengan dunia?!
Casey mengigit jarinya, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Bagaimana cara kembali ke dunia nyata karena ini sangat menyeramkan walaupun seringkali ia berharap bisa masuk ke dunia game.
Ia tidak menyangka keinginannya akan terkabul.
Ting!
Pesan masuk tepat di depannya, dengan ragu Casey membukanya.
"Selamat! Kamu terpilih memasuki game A Mirror Family! Pilih salah satu karakter yang kamu sukai untuk bisa kembali ke dunia nyata! Nikmati alur percintaanmu dan selamat bermain!"
" ... apakah aku sedang bermimpi?"
Casey memfokuskan pandangannya, ada beberapa bar, setting, bahkan nama heroine di sana persis seperti berada di sebuah game. Pesan itu menghilang dan digantikan dengan 4 pilihan karakter yang sudah sangat Casey hapal. Dirinya berpikir keras, masih banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan tetapi tak tahu harus bertanya pada siapa. Belum lagi ia harus memilih satu karakter dengan cepat karena ternyata di sisi kanannya ada rentang waktu yang sebentar lagi akan habis.
"Sial, aku harus memilih siapa?!"
Tiga puluh detik lagi.
"Dia menyuruhku memilih karakter yang disukai, di mana aku menyukai semuanya."
Sepuluh detik lagi.
Casey semakin panik, ia memejamkan matanya lalu memilih karakter dengan asal.
"Pilihan jatuh kepada Eric! Pria humoris dengan penuh cinta!"
Setelah memilih, profile Eric langsung ditampilkan dan bagaimana cara untuk memikat tipe pria itu. Tidak hanya Eric, Casey tentu saja harus membuat kedekatan dengan tipe yang lain. Sebenarnya sebelum itu, walaupun Casey memilih Eric, ia bisa saja mengubah tipe pilihannya setelah ia mendalami cerita. Namun, karena dirinya merasa sebagai orang yang berpegang teguh pada prinsip, ia akan tetap pada pilihan awal yang ia buat.
Dan karena Casey sudah lumayan hapal, ia merasa ini akan mudah dan dirinya bisa kembali ke dunia nyata.
Tapi mungkin sekarang ia bisa menikmati terlebih dahulu berada di dalam game ini.
Bukankah ini adalah salah satu impiannya?
"Nona, apakah sudah selesai?" Pria paruh baya itu ternyata masih berada di depan kamar kecil. Casey langsung saja mempersiapkan dirinya, entah mental maupun fisiknya.
"Sudah, Pak!" sahutnya seraya melangkah keluar menemui pria itu. "Maaf menunggu lama."
Pria itu tersenyum tipis. "Para Tuan sudah menunggu."
Jantung Casey semakin berdetak kencang.
Oh Tuhan, apakah ini sungguhan ia akan bertemu langsung dengan Luke dan yang lainnya?!
Casey terus mengikuti pria itu dari belakang, butuh sepuluh menit mereka berjalan kembali ke ruang tamu karena mansion yang begitu luas.
Dan di sanalah empat pria itu berada.
Casey rasanya ingin berteriak senang.
"Tuan, calon pelayan sudah ada di sini."
Noel, pria dengan pakaian jas mahalnya, yang sedari tadi fokus dengan ipadnya, kini mendongak untuk melihat sosok yang akan menjadi pelayan di mansion itu. Tidak hanya Noel, Luke menatap Casey dengan tatapan datarnya sedangkan Eric dan Gabriel yang tidak lupa memasang senyum khasnya.
Noel bangun dari duduknya menghampiri Casey yang sedari tadi tersenyum dengan kikuk. Pria tampan itu memberikan tangannya bermaksud untuk bersalaman. Casey hampir saja meleleh melihat senyuman tipis Noel, tipe ini memang sangatlah charming.
"Kau yang akan menjadi pelayan di sini? Selamat datang di mansion kami!"