Seorang gadis belia menyandarkan tubuhnya di tembok dan mengangkat sebelah kakinya. Pandangan matanya tertuju pada seorang anak laki-laki yang sedang di kerjai oleh temannya. Sebagai murid baru di sekolah itu Izumi belum mengenal murid-murid yang ada di sana.
Melihat orang-orang semakin keterlaluan mengerjai anak laki-laki itu, tangannya menjadi gatal untuk menghajar segerombolan murid badung yang suka main keroyokan itu. Izumi tidak peduli jika harus dikeluarkan dan pindah sekolah lagi untuk kesekian kalinya. Emosinya tidak terkendali ketika melihat penindasan di depan matanya.
"Dasar sekumpulan semut beraninya main keroyokan!" ejek Izumi dengan senyum sinisnya.
"Ohhoo! Besar juga nyalimu? Kamu siapa sih?" Seorang anak laki-laki berjalan mendekati Izumi.
Sejak tadi anak laki-laki itu hanya melihat sambil memerintah temannya. Wajahnya lumayan tampan hanya penampilannya sedikit berantakan layaknya seorang bad boy.
"Aku Dewi Kematian yang sedang mengincar nyawamu!" tanpa rasa takut Izumi melangkah maju hingga wajah mereka hampir bersentuhan.
"Menarik! Baru kali ini seorang gadis berani menantangku. Sebelum kamu menyesal aku peringatkan padamu sekali lagi, kamu tidak sayang dengan wajah cantikmu ini?" ujung jari pria itu menyentuh pipi Izumi.
Izumi membiarkan pria badung itu menyentuh pipinya untuk sesaat.
Kemudian, dia menangkap tangan itu dan memelintirnya ke samping. Pria itu tidak mau kalah dia menggerakkan kakinya untuk menjegal kaki Izumi.
Dengan cepat Izumi mundur, sambil menarik pergelangan tangannya, hingga pria itu condong kedepan.
Dengan cepat Izumi menghindari gerakan kaki pria itu dan balik menyerang dengan mengunci pergerakan atasnya terlebih dahulu. Secepat kilat Izumi menekan lututnya di belakang lutut pria itu.
Buggg!
Tubuh Izumi menimpa tubuh pria badung itu. Sepertinya pria itu tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya. Mungkin dia awalnya meremehkan kemampuan Izumi.
"Keren! Baiklah aku menyerah! Namaku Sora!" ucap pria itu.
"Lepaskan dia dulu baru aku akan melepaskanmu!" ucap Izumi melirik ke arah anak laki-laki korban perundungan mereka.
"Lepaskan dia!" perintah Sora kepada anak buahnya.
"Terimakasih Nona!" anak laki-laki itu segera berlari dari hadapan mereka.
Izumi melepaskan Sora dan segera bangkit dari atas tubuhnya. Sora merasa terpukau dengan keberanian dan kemampuan bela diri Izumi. Menurutnya ini adalah hal yang langka.
Teknik yang dipergunakan oleh Izumi adalah beladiri silat merpati putih, teknik kuncian dengan serangan cepat dan membalikkan serangan lawan.
Sora mengejar Izumi yang berjalan meninggalkannya sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor.
"Jangan mengikutiku! Urusan kita sudah selesai!" ujar Izumi tanpa menoleh ke belakang.
"Aku menyukaimu!"
Ucapan Sora membuat Izumi menghentikan langkahnya.
"Kamu sadar dengan perkataanmu?!" nada bicara Izumi sedikit meninggi. Dia berbalik menatap Sora dan menekan tubuh Sora ke tembok. Izumi mendekatkan wajahnya hingga berjarak kurang dari satu centimeter dari wajah Sora. Tidak ingin membuang kesempatan Sora menarik tengkuk Izumi dan menciumnya secara paksa.
Anak buah Sora memutar badan dan melihat ke arah lain karena tidak ingin melihat adegan 18+ di hadapannya.
Mendapat serangan mendadak seperti itu membuat Izumi susah untuk menghindar. Izumi berusaha melepaskan diri namun sia-sia. Tenaga Sora lebih kuat darinya.
Muncul ide gila di otak Izumi.
Dushh!
Lutut Izumi menendang ayam jantan milik Sora.
"Aargghh!" teriak Sora saat merasakan sakit yang luar biasa di pangkal pahanya.
Tangannya reflek melepaskan Izumi. Namun saat melihat Izumi akan pergi, Sora tiba-tiba menarik kembali tubuh Izumi sambil menahan rasa sakitnya. Karena tidak siap Izumi limbung dan jatuh terjerembab.
Sora melihat di bawah Izumi ada sebuah batu runcing, dengan gerakan yang cepat Sora merubah posisi. Dia membalik tubuh Izumi agar berada di atas tubuhnya dan memeluknya dengan erat.
"Aaarrrhhh!" jerit Sora.
Sakit luar biasa kembali mendera tubuh Sora. Melihat Sora kesakitan Izumi segera bangun dari atas tubuh Sora dan duduk di sampingnya. Saat Sora memiringkan tubuhnya terlihat darah segar mengalir dari luka di punggungnya.
Sora tak kuasa lagi berdiri. Keempat anak buahnya segera mengangkat tubuhnya dan membawanya pergi dari sana untuk diobati. Tidak ingin sendirian di tempat itu, Izumi bangkit dan berjalan ke kelasnya karena bel masuk akan segera berbunyi.
'Sial! Cowok brengsek itu sudah mengambil ciuman pertamaku!' Izumi mengumpat dalam hati sambil terus berjalan.
Izumi Sakura. Putri Lentera dan Wisnu yang diadopsi oleh Hiro dan Ryuki. Saat ini dia tinggal di Jepang bersama orang tua angkatnya.
Gadis pembuat onar yang sering sekali dikeluarkan dari sekolah karena suka berkelahi. Hampir sembilan puluh persen sifat Tera diwariskan padanya. Otaknya sangat cerdas namun kenakalanya juga seiring dengan itu.
Saat ini Izumi mengenyam pendidikan yang setara dengan kelas 2 SMA. Berbeda dengan Izumi, kembarannya Bora Ryan sedikit lebih kalem. Ryan tumbuh menjadi pria dingin yang digandrungi oleh banyak wanita. Dia juga menguasai beberapa jenis ilmu bela diri seperti halnya Izumi namun dia tidak sembarangan berkelahi apalagi di sekolah. Ryan berada satu tingkat di atas Izumi karena dia belajar dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas.
Sifat Ryan mirip dengan Wisnu hanya saja dia sedikit lebih dingin dan susah bergaul dengan lawan jenisnya.
"Ryan! Ke kantin, yuk!" ajak Celine. Teman sekelas Ryan.
Bel istirahat baru saja berbunyi, teman sekelas Ryan sudah berhamburan keluar. Di dalam kelas hanya tinggal Ryan, Awang dan Celine. Awang adalah cowok cupu yang menjadi teman dekat Ryan.
"Celine! Udah... kamu nyerah aja! Buruan, yuk!" panggil Della. Sahabat Celine yang sedang menunggunya di depan pintu.
"Pergi sana! Aku tidak ingin ke kantin!" seru Ryan sambil terus membaca komik di tangannya.
Celine merasa sebal karena tidak berhasil mengajak Ryan ke kantin. Kakinya menghentak-hentak ketika berjalan meninggalkan Ryan dan Awang.
"Boss! Kita kemana?" tanya Awang sambil membetulkan kacamata yang sudah betul posisinya.
"Kita ke taman belakang saja!" mata Ryan tidak beralih dari komik di tangannya.
Setelah mengingat nomor halamannya, Ryan menutup komik itu dan menyabet tasnya. "Ayo!"
Awang mengikutinya di belakang Ryan dan berjalan meninggalkan kelas. Sesampainya di taman belakang mereka mencari-cari bangku kosong untuk mereka duduki. Tidak ada. Semua bangku sudah diduduki oleh murid-murid di sekolah itu.
"Kita ke sana saja!" tunjuk Ryan pada sebuah pohon besar yang rindang.
"Baik, Boss!" Awang kembali mengikuti Ryan di belakangnya.
Ketika mereka sampai di bawah pohon itu, lagi-lagi sudah ada orang lain di sana. Seorang gadis berambut lurus panjang sedang membaca buku di sana. Wajahnya tidak terlihat karena dia duduk dengan posisi membelakangi Ryan.
"Ehhemm!" Ryan berdehem setelah duduk di atas akar pohon yang cukup besar.
Gadis rambut panjang itu menoleh ke arah Ryan sebentar dan kembali membaca.
'Cantik!' gumam Ryan dalam hati. 'Tidak... tidak.... Aku tidak boleh menyukai gadis sombong seperti dia. Sudah tahu ada cowok tertampan di sekolah ini, dia malah bersikap cuek.' Ryan kembali bermonolog dalam hati dengan sikap narsisnya.
Merasa di perhatikan oleh Ryan, gadis itu menggeser tubuhnya sedikit menjauh. Sekarang mereka terhalang oleh batang pohon besar dengan posisi saling memunggungi.
'Dasar orang kaya! Cowok setampan dia pasti suka mempermainkan para gadis. Dia kan Ryan, cowok yang sangat famous di sekolah ini. Sombong amat! Datang belakangan tapi tidak mau menyapa orang yang lebih dulu duduk di sini.' gadis yang di kenal dengan nama Dea itu menilai sikap Ryan yang menurutnya tidak sopan.
****
Bersambung...