Matanya melebar, tapi ada sesuatu yang memanas di dalamnya.
"Tentu saja aku ingin bersamamu, Doni," desahnya. "Sekarang, lebih dari apapun."
Dengan itu, Aku mengambil tangannya sebelum membimbingnya ke bank lift mewah yang disepuh emas.
"Bagus, sayang," kataku dengan seringai iblis. "Karena, seperti yang Kamu katakan, kejahatan akan segera dimulai."
Dan senyum senangnya adalah satu-satunya jawaban yang Aku butuhkan.
Doni
Aku membuka pintu suite hotel kami, memberi isyarat agar Rosa memimpin. Dia melangkah masuk dan terengah-engah. Aku mengerti mengapa. Suite ini sangat besar, dengan jendela setinggi langit-langit yang menghadap ke kota serta perabotan kulit putih yang modern berserakan. Ada meja kaca yang dihiasi dengan buket besar bunga lili putih yang serasi, dan pintu yang mengarah ke kamar tidur.
Rosa berputar, hampir tidak mempercayai matanya.
"Ya ampun!" serunya. "Ini lebih besar dari apartemenku."