Dia meluncur di sofa dan kemudian, bersandar, dengan lembut menempatkan satu ciuman di bibirku. Mulutnya terasa lezat dan aku sedikit mengerang saat dia menarik diri.
"Apa ini yang kau inginkan?" dia bertanya seolah dia sudah tahu jawabannya. Aku yakin itu tertulis di seluruh wajahku, tapi aku mengangguk setuju sekali lagi. Aku mengagumi betapa hormatnya dia, dan bahkan merasa sedikit berani. Kali ini, aku bersandar dan menciumnya, dengan kuat menarik bibir bawahnya dengan bibirku.
Hal ini menyebabkan sifat posesif dalam dirinya muncul ke permukaan. Aku merasakan tubuhnya menegang di tubuhku dan cengkeramannya di belakang leherku mengencang. Dia dengan kasar menghembuskan napas saat dia menarik kembali sebentar, memberiku kesempatan untuk melihat pupil matanya yang membesar. Dia menyelam ke leherku, menarik syalku seperti yang dia lakukan, dan aku menjatuhkan kepalaku ke belakang saat dia menggigit tulang selangkaku.
"Ya Tuhan Lacky," dia serak di kulitku. "Kamu sangat cantik."