Setelah aku mengisi gelas anggur kami, aku duduk lagi, lalu bertanya, "Suka? Adopsi?" Aku menggelengkan kepalaku. "Aku ingin mengalami kehamilan."
"Aku tidak mengacu pada adopsi," katanya.
Ketika mata kami bertemu, dan aku melihat tatapan serius, aku bertanya, "Pilihan apa lagi yang tersisa?"
"Menggunakan sperma seseorang yang kamu kenal."
Alisku terangkat, lalu aku mulai tertawa. "Ya, kurasa tidak. Tidak mungkin aku bertanya pada salah satu teman kita. Aku tidak ingin ada keluarga dan teman-teman kita mengetahui hal ini sampai aku hamil. Mereka mungkin akan mencoba membujukku untuk tidak melakukannya."
Christopher menggelengkan kepalanya, lalu dia bertanya, "Kamu sadar aku laki-laki, kan?"
Tulang belakangku langsung tegak, dan aku menatap Christopher ketika apa yang dia katakan meresap. "Kamu bersedia menjadi donor sperma? Betulkah?"
Astaga. Itu akan menjadi sempurna. Tidak ada orang yang lebih aku percayai.
