Seketika, Aku terlempar ke dalam lubang keputusasaan saat napas mengalir deras dari Aku.
Dr Davis melakukan pemeriksaannya. Dia berbicara dengan Ayah, tetapi Aku tidak dapat menerima apa pun. Aku mendengar lebih banyak suara. Beberapa panik, yang lain dipenuhi dengan kehancuran.
Aku tetap diam, menatap kosong ke jurang hitam di mana tidak ada yang bisa menjangkauku. Waktu membungkus menjadi sesuatu yang tidak bisa dipahami.
Detik. Menit. Jam. Mereka semua kehilangan makna.
Kemudian sentuhan lembut bulu di tangan kiriku, dan aroma lembut yang familiar mengejar bau pembersih. Jatuh. Dia menekan ciuman di pipiku, dan kemudian aku mendengarnya berbisik, "Aku merindukanmu."
Mataku terpejam, dan aku sangat ingin mengikuti suaranya menuju cahaya.
"Jatuh." Namanya tidak lebih dari bisikan, membawa intensitas doa.
"Aku disini." Telapak tangannya menempel di pipiku, dan dia menekankan ciuman lain ke pelipisku.