Chereads / My Naughty Secret / Chapter 2 - Terjerat

Chapter 2 - Terjerat

Ini sungguh sebuah kejutan bagi Deca. Ia mengira Argi sudah lama pindah dari rumah yang hanya memiliki satu kamar itu. Namun, ternyata Argi masih menetap di rumah yang penuh dengan kenangan masa remaja mereka tersebut.

"Untuk apa kamu membawaku ke rumah ini, Argi? Mobilku tertinggal di kafe tadi. Kalau sampai mobil itu hilang, kamu yang harus bertanggung jawab!" keluh Deca ketika sudah tiba di ruang tamu.

Argi tersenyum mendengar ocehan Deca yang sudah lama sekali tidak didengarnya. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung menarik tangan Deca memasuki kamarnya. Hal itu tentu saja sontak membuat Deca terkejut bukan main.

"Kamu ingat kamar ini?" tanya Argi.

Deca tidak menjawab. Tentu saja ia masih mengingat kamar tersebut. Termasuk kasur berukuran queen tanpa seprai yang ada di sana. Kasur itulah yang dulu mereka jadikan alas untuk saling berbagi kehangatan satu sama lain.

Deca tidak tahu harus berkata apa lagi. Argi tidak mengubah sedikit pun posisi kasur dan juga sebuah lemari tua yang ada di kamar itu. Argi seakan enggan mengubah apa pun yang berkaitan dengan masa lalunya bersama Deca.

"Ca." Argi memegang tangan Deca sambil menatap wajah wanita cantik tersebut.

"Aku sudah menunggumu selama sembilan tahun ini. Sekarang kamu ada di hadapanku. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku masih sangat mencintaimu. Deca Wilora. Will you marry me?"

"Tidak, Gi!" jawab Deca cepat. Ia segera melepaskan telapak tangannya dari genggaman Argi.

"Apa maksudmu dengan mengatakan tidak seperti itu, Ca?"

Deca seketika menyesal karena tidak mengungkapkan statusnya sejak awal. Ia pikir tidak ada gunanya mengumumkan hal tersebut kepada Argi yang sudah bukan siapa-siapa lagi baginya.

"Maaf, Gi. Aku tidak bisa menerimamu sebagai suamiku. Aku sudah memiliki suami."

Argi terdiam. Matanya terbelalak. Dia sungguh terkejut luar biasa setelah mendengar penuturan Deca barusan.

"Kamu ... jangan bercanda seperti itu, Ca. Kalau itu adalah caramu untuk kembali menjauhiku, kamu sepertinya kurang ahli. Aku tidak percaya sama sekali dengan ucapanmu itu," ujar Argi dengan suara lembut.

Deca menelan ludah. Argi memang tidak memarahinya, tetapi, sorot mata Argi yang terlihat sangat tajam membuatnya menciut seketika. Ia menebak pria itu pasti sedang marah sekarang.

"Aku tidak berbohong, Gi. Aku memang sudah menikah. Kalau kamu tidak percaya, aku punya buktinya!" sahut Deca berusaha tegas.

Tanpa Deca sangka, Argi langsung mencengkram tangannya dengan kuat. Deca berusaha keras untuk terlihat tidak ketakutan di mata Argi.

Memangnya salah kalau Deca mengatakan hal seperti itu? Ia hanya berusaha berkata jujur. Pada kenyataannya, ia memang sudah menikah dengan seorang pria yang saat ini sangat dicintainya.

Sayangnya, kali ini Argi tidak bisa lagi menahan dirinya. Sembilan tahun lamanya ia menanti Deca. Argi bahkan menyiksa dirinya dengan tinggal di rumah kecil seperti ini walaupun sebenarnya ia mampu membeli rumah yang lebih besar.

Argi tidak pernah bisa lupa dengan seluruh pesona yang Deca miliki. Manis bibirnya, lekuk indah tubuhnya, suara menggairahkannya, dan manik cokelat yang semakin menambah kecantikan wanita tersebut.

Bukannya Argi tidak pernah mencoba untuk mencintai wanita lain. Ia pernah melakukannya, tetapi tentu saja gagal. Tidak ada satu pun wanita yang bisa menghapus jejak Deca dari hatinya. Argi kemudian menyadari bahwa ia telah benar-benar jatuh dalam pesona wanita cantik tersebut.

Argi cinta mati kepada Deca.

Bertahun lamanya Argi tersiksa karena Deca. Sekarang, saat ia bertemu lagi dengan Deca-nya, di usia 26 tahun yang nembuat Deca semakin terlihat cantik dan menggoda, bagaimana bisa Argi membiarkan wanita itu pergi begitu saja?

Tidak bisa! Argi sungguh tidak bisa menerima kenyataan bahwa Deca sudah memiliki suami. Hal itu membuat dadanya bak terbakar hebat. Amarahnya meledak-ledak.

Sampai kapan pun, Deca adalah miliknya dan ia adalah milik Deca. Itulah yang selalu mereka janjikan satu sama lain. Janji itu pula yang dulu sering mereka ucapkan saat saling mencapai nikmatnya bercinta.

Deca semakin tidak nyaman saat cengkeraman Argi di tangannya semakin kuat. Ia lalu kembali berkata ingin kepada pria tersebut. "Aku ingin pulang."

Keputusan Deca itu ternyata salah. Karena setelah mendengar ucapan Deca, Argi langsung mendorongnya hingga terbaring ke atas kasur.

Deca menjerit saat Argi mengukung kedua tangannya ke atas hingga ia sulit bergerak. Deca semakin ketakutan saat melihat mata Argi yang tidak lepas memandangi wajahnya.

Argi tersenyum manis. Sebelum Deca sempat mengucapkan apa-apa, ia sudah terlebih dahulu menempelkan bibirnya di atas bibir Deca.

Mata Deca membulat. Ia sungguh tidak menyangka Argi bisa berbuat nekat seperti ini. Deca berusaha keras untuk melepaskan diri dari kukungan Argi. Namun sayangnya, tenaga Argi jauh lebih kuat daripada tenaganya.

"Lepaskan aku, Gi! Jangan kurang ajar kamu!" teriak Deca marah.

Deca hanya melawan selama hampir 10 menit sebelum akhirnya Argi menyerah. Deca tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Sungguh, ia masih merindukan Argi. Namun, itu bukan berarti ia bisa dengan mudahnya berkhianat dari sang suami.

Sebuah lemari tua, dan kasur yang berderit pelan menjadi saksi dimulainya lingkaran dosa yang sudah sembilan tahun terputus, saat bibir mereka saling bertaut satu sama lain.

"Sorry, Gi. Aku benar-benar tidak bisa."

Penyesalan itu semakin Deca rasakan saat Argi turun dari tubuhnya. Pria itu berbaring di sampingnya sambil berdesah pelan. Air mata mulai keluar dari sudut mata Deca. Ia sibuk mengutuk dirinya sendiri. Hancur sudah janji suci yang diikrarkannya bersama sang suami.

Sementara itu, Argi menutup matanya, meresapi serpihan-serpihan kenikmatan bibir Deca yang masih tersisa. Meskipun ia tidak bisa merenguk kembali nikmat bercinta dari Deca, tetapi ia sudah cukup puas bisa menuntaskan rindunya melalui bibir wanita itu. Sebuah senyum puas tetap terukir di wajahnya.

"Rasa bibirmu masih semanis dulu, Ca," celetuk Argi.

Mendengar ucapan Argi, gumpalan emosi seketika meledak di dada Deca. Ia langsung berdiri dari kasur, bermaksud untuk pergi dari tempat tersebut.

"Kamu sedang apa, Ca? Jangan terburu-buru. Sini, berbaring saja dulu di sampingku. Aku janji tidak akan berbuat kurang ajar lagi kepadamu."

Deca mengabaikan ucapan Argi yang terdengar semakin memuakkan. Ia segera berlari ke ruang tamu dan menyambar tas sandang miliknya.

Tanpa berpamitan kepada Argi, Deca bergegas berlari menuju pintu depan dengan air mata yang berlinang. Ia sibuk menyumpah dirinya sendiri yang begitu bodoh hari ini. Mengapa ia begitu mudah membiarkan Argi mencium bibirnya?

Argi yang belum sempat mencerna keadaan hanya bisa berteriak memanggil Deca di depan pintu. Sayangnya, Deca sudah tidak terlihat lagi. Wanita itu sudah berada di sebuah taksi yang akan membawanya menuju kafe, tempat di mana ia meninggalkan mobilnya.

Saat Argi menciumnya tadi, wajah pria yang Deca bayangkan justru wajah Rafa, suaminya. Tidak ada Argi di sana. Betapa bodohnya Deca baru menyadari kalau saat ini dirinya hanyalah mencintainya suaminya saja.

"Dasar wanita murahan! Wanita tidak tahu diri! Mati saja kau, Deca Wilora!" jerit Deca dalam hati.

Deca merasa benar-benar bodoh saat berpikir bahwa masih ada Argi dalam hatinya. Ternyata ia salah. Bisa jadi, selama ini ia hanya rindu saja dengan kebersamaannya dengan Argi.

Sementara perasaan Deca, mungkin saja sebenarnya hatinya sudah lama berpindah kepada Rafa, pria yang menjadi partner Deca dalam hal saling menyembuhkan luka. Betapa bodohnya Deca baru menyadari hal tersebut saat label pengkhianat gelar penghianat telanjur tertulis di keningnya. Walaupun hanya berciuman dengan Argi, Deca merasa saat ini dirinya sangat kotor dan menjijikkan.

"Selamat tinggal, Argi," batin Deca saat sudah hampir tiba di rumahnya.

Deca sudah memutuskan untuk benar-benar meninggalkan masa lalunya bersama Argi. Bahkan sebenarnya sudah sejak dulu ia meninggalkan pria tersebut.

Deca berjanji tadi itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan Argi. Ia tidak akan pernah berbalik lagi hanya untuk terjerat kembali dalam kubangan kenikmatan yang menyesatkan tersebut.