"Mah, tolong kasih Yosan sama Siva restu," ucap seorang pria yang sebaya dengan anakku. Ialah, Yosan. Kekasih dari Siva. Aku menatapnya dengan penuh keangkuhan. Berani-beraninya, dia mengatakan hal itu. Padahal, sebelumnya, aku sudah menolak Yosan. Aku sudah menolak untuk berbicara dengan dirinya. Namun, dia masih saja, untuk datang ke kantor.
Aku melipat tangan di dada. Aku menyatakan tanpa melihat wajahnya, "Saya bilang, saya gak setuju? Saya setuju, asal dengan syarat-syarat yang udah pernah saya sebutin itu!"
"Tapi, Mah. Tolong kasih keringanan yah," pinta Yosan dengan bertekuk lutut kepadaku. Ia juga terus memegangi kakiku, agar aku tidak pergi.
"Aku kamu gila?" tanyaku. Aku risih dengannya. Kutendang saja, sahnya dengan heels tajamku. Dan, terbukti, hal itu, membuatnya menyingkir dari hadapanku.