"Yaampun, Mamah digituin sama orang?" kata Kak Dinda.
"Iya. Tapi, Mamah awalnya marah banget. Nyuruh gue buat minta maaf sama musuh gue itu. Jelas ajalah, gue nolak. Mana bisa, gue minta maaf sama orang yang kelakuannya kaya dajjal begitu," ucapku membeberkan segalanya kepada kedua kakak perempuanku. Aku menceritakannya, agar mereka berdua mengetahui masa-masa sulit yang Mamah lalui.
"Tapi, lu berdua, jangan bilang apa-apa lagi ke Mamah! Soalnya, Mamah gak mau kalau lu pada tau," ujarku.
"Oke. Tenang aja!" kata Kak Amel.
"Terus, gimana lagi?" tanya Kak Dinda.
Aku menjawabnya, "Jadi, Uwa Nadia nyuruh gue minta maaf sama Si Fqrhan. Gue jelasin aja apa yang buat gue marah banget. Uwa Nadia percaya kok sama gue. Terus, Uwa Nadia nyuruh Mamah ke sini."
Kak Dinda berpikir jika Farhan sangat kekanak-kanakan, "Kekanak-kanakan banget sih itu orang."
"Ya emang masih anak-anak Din, lu tau kan itu musuhnya Si Rayan," ucap Kak Amel.
"Iya juga sih," kata Kak Dinda.