"Gak bisa gitu dong Pah. Masa dibiarin aja. Kamu sanggup ganti itu semua?" Amarah Buk Santi meledak. Matanya membulat. Sedangkan Farhan, tersenyum dengan kepuasan.
"Tolong jangan pecat saya Buk!" Sambil menangis, Dina bersujud di hadapan Buk Santi. Ayah Farhan memegang kedua pundak Dina. Membantu Dina berdiri dan berkata, "Kamu gak perlu kaya begitu."
"Apa sih Papah kok belain dia?" tanya Buk Santi.
"Bukan belain loh. Gak kasian apa kalian sama Dina? Dia kerja karena butuh uang. Masa, sekarang harus ganti ikan-ikan mahal?" Ayah Farhan merasa iba. Jika Dina harus mengganti ikan-ikan mahal. Padahal, Dina menjadi asisten rumah tangga untuk mencari nafkah.
Buk Santi menarik lengan suaminya. Ia ingin berbicara empat mata, "Papah jangan belain pembantu itu dong! Besar kepala kalau dibela terus!"
Ayah Farhan mengatakan, "Punya hati nurani tidak? Jangan begitu. Kemarin, kamu suruh dia ke pasar sore hari. Cuacanya juga hujan deras."