Chereads / Badboy Vs Jenius Girl / Chapter 3 - Pergantian Ketua

Chapter 3 - Pergantian Ketua

"Bukan urusan lu!" Rayan menghindari Cindy. Ia pergi ke toilet siswa.

Cindy hanya bisa tersenyum tipis ketika melihat perlakuan Rayan yang tidak pernah berubah.

"Cin, kamu teh kenal sama si murid baru?" tanya Tira yang sedari tadi memerhatikan Rayan dari kejauhan.

Cindy menggeleng dan menjawab, "Enggak kok, tadi cuman mau kenalan aja."

Disela-sela waktu istirahat, Ayarra menyibukkan diri untuk membaca di perpustakaan.

"Belajar mulu, anak pinter," ledek Cindy kepada Ayarra.

"Harus dong! Sekarang kan ada ulangan," ucap Ayarra.

"Hah? Emang iya?" Cindy mengernyitkan dahi sambil mengingat-ngingat.

"Tapi, bohong! Lagian juga, kalo ada ujian harian, kita itu beda kelas kali," lontar Ayarra.

"Iya juga ya."

"Sssst!" Bona, mengisyaratkan agar kedua teman itu tidak mengobrol lagi di dalam perpustakaan.

"Gimana? Udah punya temen baru?" tanya Dina kepada Rayan.

Cindy terkekeh dan menimpali, "Boro-boro punya temen, di ajak kenalan aja di cuekin."

"Rayan, gak boleh gitu," ucap Dina.

Rayan tidak memedulikan perkataan ibunya. Dia langsung menaiki tangga untuk lekas membaringkan tubuh di atas ranjang. Dina mendekati Cindy untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana sikap Rayan.

"Cindy kurang tau, Tante. Cindy kan gak satu kelas sama Rayan."

"Kenapa Cindy bisa tau ya? Pasti cewek yang kemaren itu yang bilang," duga Rayan.

"Iya sayang, aku juga kangen kamu kok." Rayan membalas pesan dari Nindia.

"Hari ini, ada tawuran lagi Ray. Kalo ada lo pasti seru," ungkap Gilang.

Rayan benar-benar ingin kembali ke Jakarta. Dengan kejadian yang menimpa dirinya, Rayan tidak kapok untuk melakukan perkelahian masal antar sekolah. Ia memikirkan cara untuk melarikan diri.

"Keluarlah! Kabur bentar wkwk," ungkap Maman saat menelepon Rayan.

"Gue juga maunya gitu. Gak ada ongkos bego buat ke sono!" balas Rayan.

Maman mengirimkan video teman-teman yang lain sedang mengobrol di sebuah cafe. Rayan sangat ingin menyusul dan berbincang secara langsung tentang banyak hal. Namun, keadaan tidak mendukung.

"Kalo di sekolah gak usah sapa gue," protes Rayan pada Cindy.

"Satu lagi, jangan laporin apa pun tentang gue ke orang tua gue!" tambah Rayan.

"Iya," tandas Cindy singkat.

"Rayan, jangan terlalu jutek sama guru-guru, sama temen, sama Cindy," Dina menasihati Rayan sebelum Rayan dan Cindy berangkat ke sekolah.

"Iya, Mah, Rayan berangkat dulu!"

"Eh, tungguin Cindy dong. Cindy lagi mandi tungguin ya," kata Dina meminta agar Rayan berangkat bersama dengan Cindy.

Rayan dan Cindy pun, berangkat ke sekolah. Rayan protes lagi kepada Cindy, "Lo tuh, kalo mandi, jangan lama-lama!"

Cindy menghela napas. Cindy menjawab, "Aku gak nyuruh kamu buat nungguin aku kok."

"Emang bukan lo yang suruh. Tante lo noh!"

Perjalanan yang ditempuh hanya dalam waktu lima menit sangat terasa membosankan bagi Cindy. Sebab, Rayan terus mengomel padanya.

"Jalan duluan sana!" titah Rayan.

"Yarra!"

Beruntung, Cindy bertemu Ayarra dalam perjalanan. Cindy langsung berjalan bersama Ayarra.

"Ah, sialan! Di sini gue gak bisa ngerokok lagi. Apes banget!"

Di sepanjang jalan, Rayan terus mengumpat. Ia merasa hidupnya sudah tidak sebebas dulu. Sekarang, seolah apa pun yang dia lakukan terpantau.

"Gak usah ngadu apa pun deh sama Cindy tentang gue!" larang Rayan kepada Ayarra.

"Eh, cowok mesum, sepenting itu hidup kamu? Jangan kegeeran deh!" sinis Ayarra. Rayan langsung membuka mulutnya. Ia tidak menerima panggilan yang Ayarra layangkan kepadanya.

"Gue? Lo panggil apa? Cowok mesum? Salah lo ya. Siapa suruh coba, kamarnya gak dikunci?"

Keduanya lekas berdebat. Guru yang melihat percekcokkan diantara keduanya, langsung bertanya, "Ini ada apa ya?"

"Gak ada apa-apa kok, Buk," jawab Ayarra dengan ramah. Sedangkan Rayan, pergi tanpa pamit.

"Bener-bener gak sopan!" sungut Ayarra.

"Dia panggil gue cowok mesum?"

Rayan langsung teringat tentang kejadian itu. Rayan langsung membuang jauh-jauh ingatannya tentang kali pertama Rayan melihat tubuh Ayarra dari belakang.

"Gue gak mesum. Itu normal!" ocehnya laun.

"Rayan kan udah gak sekolah di sini, gimana kalo kita ganti ketua?" ide Farhan.

"Hah? Ganti ketua? Gak bisa! Walaupun, Rayan jauh, dia itu tetep ketuanya," tolak Gilang.

Maman juga menyetujui ucapan Gilang dengan melontarkan kata, "Nah, bener tuh! Jangan gitulah!"

Di dalan markas, mereka beradu mulut. Ada yang setuju dengan Gilang, dan ada juga yang sekuju dengan perkataan Farhan.

"Gak usah terlalu banyak bacot! Kita ambil suara terbanyak aja!" usul Farid.

Gilang dan Maman memiliki pemikiran yang berbeda, "Kita tuh harus izin lagi sama Rayan."

"Izin? Kalo pun, si Rayan gak kasih izin, siapa nanti yang bakalan mimpin tawuran? Gak jelas lagi!"

Sebenarnya, Farhan ingin merebut posisi Rayan sebagai ketua. Dia juga membuat para teman-temannya yang lain memiliki pemikiran yang sama dengannya.

"Cara nentuin siapa yang bakalan jadi ketua itu gimana?" tanya Maman.

"Ambil dari suara terbanyak!" ide Farhan.

"Kayanya, kita harus punya dua kandidat deh, sebelum ambil suara terbanyak," tutur Gilang.

"Ketua baru? Gak papa sih. Lagian, Farhan bener kok. Emang harus ada ketua baru." Rayan membalas pesan dari Gilang.

"Terus siapa yang bakalan jadi ketua?"

"Belum tau Ray, tapi, si Farhan ambisinya gede banget buat cari pengganti lu. Gue rasa, dia tuh pengen banget gantiin posisi lu deh!" terka Maman.

"Tadi, kata anak-anak, kamu sama Rayan berantem ya?"tanya Cindy.

"Cerita dong!" pinta Cindy.

"Hal yang gak penting Kok."

"Kak, maaf ya, kalo Rayan masih suka bersikap jutek. Padahal, aku udah sering kasih nasihat ke Rayan," ujar Dina pada Nadia.

"Namanya juga anak-anak. Apalagi, anak cowok. Emosinya pasti tinggi. Kamu harus sering-sering sabar,"

"Kemarin tuh kak, kalo gak ada aku, Rayan udah abis dipukulin bapaknya. Aku yang menghadang supaya Rayan gak kena pukul." Dina menceritakan tentang kejadian saat mereka berada di rumah sakit.

"Ketentuannya, siapa pun yang lebih jago balapan motor, itulah ketuanya," celoteh Farhan.

"Apa hubungannya?" tanya Gilang.

"Adalah, ketua itu harus melindungi. Kalau dikejar musuh, ketua yang nolongin."

Mereka menuruti perkataan Farhan. Balapan liar pun, terjadi. Gilang dan Maman kalah dalam babak pertama. Dan ketua baru di dalam geng mereka adalah Farhan. Farhan sangat bahagia bisa menjadi ketua geng tawuran.

"Udah gue duga, ini sih, rencananya si Farhan," batin Maman.

"Kalian berdua, udah hubungin si Rayan belum?" tanya Farhan dengan ekspresi wajah yang sangat meledek.

Gilang dan Maman menceritakan tentang sikap angkuh Farhan. Rayan tidak tersulut amarah. Ia berusaha menenangkan kedua temannya itu.

"Jangan terlalu kesel! Jangan berantem sama temen!"

"Lo tuh harus liat tamoangnya. Nyeselin banget anjir!"

Rayan tidak memiliki pikiran yang buruk terhadap Farhan. Ia menginginkan agar semua teman-temannya tetap akur dan kompak selalu.