Chereads / It's Bad Love / Chapter 2 - IBL 02

Chapter 2 - IBL 02

Sang Raja tengah berdiam diri di kamarnya. Ia sedang memikirkan kejanggalan yang ada disekitar anaknya, lebih tepatnya Sang Pangeran. Ia terus berpikir sampai ia tidak menyadari kalau Sang Ratu sudah berada di sampingnya.

Sentuhan Sang Ratu pada pundak Sang Raja membuat Sang Raja tersadar dari lamunannya.

Sang Ratu mencoba untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi, namun Sang Raja hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Ratunya. Ia harus mencari tahu terlebih dahulu apa yang sedang terjadi dan memikirkan tindakan apa yang harus ia ambil.

Di sini ia tidak ingin melibatkan Ratunya, ia takut kalau kebenaran akan melukai hati Ratunya. Mungkin tidak hanya hati Ratunya, melainkan hatinya juga dapat terluka kalau saja fakta itu benar adanya.

Dalam hal ini ia tidak bisa bertindak gegabah, ia harus memikirkan cara bagaimanapun itu ia harus mengetahui faktanya sebelum orang lain. Ia juga tidak bisa melibatkan orang lain dalam hal ini. Ia harus bisa mengatasinya sendirian.

Sang Ratu yang mendapat perlakuan seperti itu kembali mencoba menarik perhatian Rajanya dan bertanya apa yang sedang mengganggu pikirannya. Bukannya mendapat jawaban, Sang Raja lebih memilih untuk mengajak Ratunya istirahat. Tentu saja Sang Ratu dibuat bingung atas sikap Rajanya, tapi ia tidak bisa memaksa Rajanya untuk bercerita. Ia tahu kalau saat ini Rajanya sedang memikirkan sesuatu yang mungkin saja tidak ada satu orangpun yang dapat mengetahuinya.

Sang Ratu tahu bagaimana sifat Rajanya.

Untuk itu Ratu lebih memilih diam dan mengikuti apa yang diperintahkan Rajanya dan mereka berakhir tertidur dengan lelap di sana seakan tidak ada masalah yang menghampiri mereka. Dimana pada kenyataannya mereka harus kembali terbangun dengan menghadapi masalah yang ada.

-IBL-

Seluruh anggota kerajaan sedang menyantap sarapan pagi mereka. Tidak ada yang membuka suara saat sarapan sedang berlangsung.

Sampai dimana mereka telah menyelesaikan acara sarapan bersama dan saat itu juga Sang Raja langsung mengeluarkan suaranya yang tertuju langsung kepada Pangeran. Sang Raja mengatakan bahwa Pangeran harus datang menghampirinya tanpa satu orangpun yang mengikutinya membuat semua orang yang mendengarnya dibuat bingung.

Pasalnya, Sang Raja tidak pernah meminta salah satu dari putranya untuk menemuinya sendirian. Setiap kali Sang Raja memanggil salah satu putranya, maka putranya yang lain ikut menemani. Hal itu merupakan hal yang wajar bagi mereka mengingat bagaimana sifat dari kedua putranya.

Namun kali ini sangat berbeda, Sang Raja menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menemani Pangeran membuat Putra Mahkota hanya bisa menatap dalam ke arah Sang Raja.

Walaupun begitu, mereka tidak bisa melakukan apapun. Setelah menyampaikan itu, Sang Raja pergi dari sana menuju tempat yang biasanya menjadi tempat pertemuannya dengan kedua anaknya.

"Semua akan baik-baik saja." Kata Putra Mahkota pada Pangeran saat ia menyadari ekspresi adiknya yang terlihat ketakutan.

Putra Mahkota mencoba untuk menenangkan adiknya dan Sang Ratu dapat menyaksikannya. Tidak hanya Sang Ratu, tapi semua orang yang ada di sana menyaksikannya.

Terlihat Putra Mahkota memeluk Pangeran seakan menyalurkan kekuatan pada sang adik supaya adiknya tidak begitu takut saat menghadapi ayahnya sendirian. Setelahnya, Putra Mahkota melepaskan pelukannya dan membiarkan adiknya pergi untuk menemui ayah mereka.

Pangeran yang masih dilanda rasa takut menunduk hormat untuk berpamitan pada Sang Ratu dan Putra Mahkota yang setelahnya ia melangkahkan kakinya menuju tempat yang biasanya menjadi tempat pertemuan mereka.

Langkah kaki itu terus membawanya semakin dekat ke tempat tujuan sampai pada akhirnya langkah kaki itu berhenti tepat di depan Sang Raja.

Pangeran tampak berdiri tertunduk saat berhadapan dengan Sang Raja mengingat ini pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Sang Raja sendirian. Berbeda dengan kakaknya yang sudah terbiasa berhadapan langsung dengan Sang Raja mengingat kakaknya merupakan penerus dari Kerajaan mereka.

"Angkat kepalamu. Ayah tidak pernah mengajarkanmu bertindak tidak sopan seperti itu." Perintah Sang Raja membuat Pangeran semakin takut dan saat itu juga ia langsung menegakkan kepalanya menghadap Sang Raja.

Mata mereka saling beradu detik itu juga dimana Pangeran menatap Sang Raja penuh dengan binar ketakutan, sementara Sang Raja tidak dapat dijelaskan. Tatapannya begitu tajam, namun ada sirat kepedihan di dalamnya. Namun Pangeran tidak dapat melihatnya, rasa takutnya membuatnya tidak dapat berpikir dengan jernih.

"Apa yang ayah katakan tentang keluar dari Istana?" Suaranya begitu tegas.

"Maaf." Hanya itu yang dapat Pangeran katakan.

Ia tidak tahu harus mengatakan apa karena itu memang kesalahannya. Mereka melanggar aturan dimana Istana sedang dalam masalah.

Sang Raja diam, ia masih menatap tajam ke arah Pangeran membuat Pangeran harus bisa menatap balik. Ia harus melawan rasa ketakutannya untuk menatap Sang Raja. Ia tidak bisa merengek karena menurutnya Sang Raja saat ini benar-benar marah.

Tapi kenapa hanya dia yang dipanggil untuk menghadap?

Bukankah mereka berdua sama-sama salah saat keluar dari Istana dimana saat ini Kerajaan mereka sedang dalam masalah?

Suasana semakin hening, begitu hening sampai suara jarum jatuh dapat terdengar. Tidak ada yang membuka suaranya, bahkan Sang Raja masih tetap diam seraya menatap Pangeran sampai dimana mata Pangeran terbuka begitu lebar saat ia melihat sesuatu yang berada di belakang Sang Raja.

Pangeran sendiri ingin memperingati Sang Raja, tapi rasa takutnya masih menyelimuti dirinya yang membuatnya tetap diam seraya melihat ke depan tepat di belakang Sang Raja.

Sementara itu, Sang Raja sendiri sebenarnya tahu apa yang sedang dilihat oleh putranya. Tapi ia memilih diam untuk melihat apa yang hendak dilakukan putranya, ia ingin mengetahui apa yang berada dalam benaknya semenjak ia melihat kejanggalan yang ada saat itu.

Lihatlah, bahkan mulut Pangeran saat ini hendak terbuka bermaksud memperingati Sang Raja bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya.

Sampai--

"Ayah awas!"

--Pangeran berteriak dan berlari ke depan begitu cepat mendorong tubuh Sang Raja dan langsung menyerang bahaya yang tengah mengintai Sang Raja.

Tindakan refleks dari Pangeran membuat Sang Raja terkejut dan semakin terkejut saat melihat apa yang dilakukan putranya pada bahaya yang memang sengaja ia datangkan.

Ya benar, Sang Raja yang telah menyusun semua strategi ini bahkan ia rela untuk membuat dirinya dalam bahaya untuk melihat apa yang akan terjadi.

Sang Raja menempatkan ular yang paling berbisa dibelakangnya dan menggunakan kekuatannya ia melepaskan ular tersebut serta membiarkan ular itu datang menghampirinya untuk melihat reaksi dari putranya. Sang Raja sendiri tidak tahu akan menemukan fakta yang begitu mengejutkan saat ia menyadari apa yang dilakukan putranya.

Putranya tidak menyerang maupun menyingkirkan ular itu. Keduanya salah, namun Sang Pangeran langsung membunuh ular itu.

Sebenarnya bukan itu yang membuat Sang Raja terkejut, tapi sebuah serbuk hitam yang mengelilingi putranya lah yang membuat Sang Raja terkejut.

Itu artinya mereka benar-benar dalam masalah besar dan ia harus mengambil tindakan untuk ini.