Pertanyaan serta tatapan intimidasi yang diberikan Aziel pada Theodoric membuat anak itu kian ketakutan.
"Kalau kau tidak melakukan apapun, kenapa kau mengunci pintumu?" Kata Aziel terus bertanya, memaksa Theodoric untuk memberikan jawaban alasan kenapa anak itu mengunci pintu kamarnya.
Theodoric menggelengkan kepalanya takut, ia terus mengatakan tidak ada yang ia lakukan di dalam kamarnya membuat Aziel semakin mendesak anak itu agar ia mau berbicara dengan jelas.
Mendapat desakan dari Aziel tentunya membuat Theodoric merasakan ketakutan hingga akhirnya mulut itu mengeluarkan kata yang berbeda dari sebelumnya.
Theodoric terus mengatakan kata maaf dan mengatakan kalau itu bukan kesalahannya.
Aziel melihatnya, itu sangat jelas dari penglihatannya di mana tubuh Theodoric yang bergetar hebat dengan kepala tertunduk.
"Maaf? Untuk apa?" Tanya Aziel, dia tidak bodoh tapi dia hanya ingin memastikannya aja.