Selamat Membaca
Dengan menggunakan identitas baru sebagai orang lain, aku menyusup ke dalam barisan orang-orang yang mengurus miras untuk diantarkan ke perbatasan.
Luar biasa, tak pernah seumur hidup aku dihadapkan dengan khamar. Namun, kali ini aku tak bisa menghindar lagi. Maju belum tentu mati, mundur sudah jelas aku tinggal nama saja.
Kami menaiki kapal khusus barang. Di dalam sana aku tak menyapa satu orang pun. Wajah-wajah yang terlihat tidak ramah, bahkan bau alkohol tercium dari bibir mereka.
Hingga untuk sholat saja aku melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Agar tak timbul kecurigaan, sebab di identitasku yang baru namaku tertulis David.
Akhirnya aku sampai di perbatasan Turki. Dengan sangat jelas kuikuti petunjuk temanku jika ingin ke luar dari sana hidup-hidup. Aku memasuki mobil yang mengangkut berpeti-peti miras itu. Kemudian saat kendaraan mereka mengisi minyak sampai full.