Selamat Membaca
"Hallo, assalamualaikum, Kak,"
Sebuah suara yang sangat mirip dengan suamiku di seberang sana. Aku tak bisa menahan gemuruh di dada ini. Ponselku terjatuh dan segala kenangan indah bersama Raymond yang walau hanya sebentar berputar lagi di kepalaku.
Aku merasa takdir mempermainkanku. Sepertinya suamiku kembali negaranya. Namun, tak mungkin rasanya, sebab aku lihat sendiri tubuh yang terbujur kaku itu dirumah sakit.
Aku membungkuk, mengambil ponsel yang terjatuh di lantai. Suara itu masih mengucapkan hal yang sama berulang-ulang.
Aku harus menguatkan hati terlebih dahulu. Menghapus air mata yang masih mengalir serta menarik napas panjang agar tak kentara menangis. Aku takut berpengaruh pada janinku.
"Wa'alaikumussalam, ini siapa?" jawabku pada suara yang terdiam sesaat.
"Kak Arina , benar bukan?" tanyanya lagi.
Kujawab iya saja. Aku tak mau hanyut terlalu dalam dan jadi berkhayal yang tidak-tidak.