Selamat Membaca
Arina tersenyum saat melihat seorang wanita baya yang tengah berkutat di dapur. Dia benar-benar kagum karena di usianya yang sudah renta, Eyang Putri masih bisa bangun pagi untuk membuat sarapan dan memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Eyang Kakung benar-benar beruntung.
"Selamat pagi, Eyang," sapa Arina saat jarak mereka semakin terkikis. Melihat kedatangan cucu menantunya, sudut-sudut bibir wanita baya itu tertarik ke samping.
"Pagi, Cah Ayu." Begitulah Eyang Putri memanggil Humaira selama ini. Dia benar-benar bahagia karena gadis paling cantik dan saleha di kampungnya itu kini benar-benar menjadi cucu menantunya. Dia bersyukur karena Yang Mahakuasa telah menjawab doanya.
"Eyang Putri mau masak apa? Boleh Arina bantu?"
"Tentu saja. Pagi ini Eyang mau membuat masakan yang spesial untuk cucu menantu Eyang. Apa kamu suka soto ayam kampung?"