Selamat Membaca
Jantung Arina berdebar semakin hebat saat ada seseorang yang menguak daun pintu kamarnya. Saat itu ia sedang berbaring di atas ranjang dengan posisi miring menghadap tembok. Kedua matanya ia pejamkan rapat-rapat. Berpura-pura sudah terlelap.
Di bawah pendar lampu yang temaram, Raymond perlahan masuk dan kembali menutup pintu. Sejenak ia memindai sekeliling. Dalam kamar berukuran 3x3 meter itu hanya terdapat ranjang kayu berukuran single, nakas, dan lemari pakaian dua pintu. Lalu ia mendongak. Di langit-langit tampak genteng yang berbaris rapi seperti yang ada di ruangan lainnya. Benar-benar jauh dari kata mewah.
Lantas, ia memfokuskan pandangannya ke arah wanita yang berbaring di atas ranjang minimalis itu. Ia berjalan mendekat, kemudian perlahan-lahan melabuhkan pinggulnya di sana.
"Arina , apa kamu sudah tidur?" tanyanya sembari menatap tubuh yang tak bergerak itu.
Hening. Tidak ada sahutan dari Arina . Apa mungkin dia sudah tidur?