Selamat Membaca
Matahari mulai mengintip dari balik gunung dan seperti biasa aku bergegas mengambil sepeda kemudian mengayuhnya menyusuri jalanan pedesaan yang lembab dan basah. Bekas-bekas hujan menyisakan hawa dingin yang menusuk kulit. Hal menarik di pagi hari, aku masih bisa melihat embun pagi. Terkadang, aku akan berhenti sejenak dan memandangi embun yang cantik menempel pada dedaunan hingga kemudian terjatuh dari tempatnya. Bagiku, itu sangat menyenangkan.
Jalan pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk, terlebih saat pagi hari membuat suasana menjadi tenang dan sejuk. Sembari menarik napas lega terselip rasa bangga di dalam hatiku karena terlahir di pedesaan.
Sementara kakiku masih mengayuh dan mengayuh hingga tidak menyadari bahwa sepedaku telah membawaku hingga lima kilometer dari rumah.
Hampir tiga bulan sejak Mbak Salwa pulang ke Solo. Setelah ucapan terakhirnya yang masih terukir jelas dalam benakku.