"BLEVINE!!!"
"MATILAH KAU DARAH TERKUTUK!!!"
Clang! Clang!
Srak!
Jleb!!
Wush!
Langit hitam, malam mendung, angin badai, tanah basah berwarna merah, besi tajam yang saling beradu.
"Ares, ingatlah untuk selalu mematuhi peraturan!" bentak seorang pria pada seorang anak laki-laki yang menundukan kepalanya.
"B-baik, Ayah. Ares janji akan mematuhi semua peraturan di rumah ini"
"Bukan hanya di rumah ini, tapi di setiap tempat yang memiliki peraturan mereka sendiri. Ingat, peraturan itu ada untuk di patuhi"
"Baik ayah"
***
Valmthria - Dunia vampir.
Cawan suci telah berada di tangan seorang pria gila. ia adalah seorang vampir yang ingin meminum lima darah ras sekaligus. Dan dalam sejarah darah cawan suci yang hanya bisa membuat satu ras menguasai satu ras lain, namun vampir gila itu merubah sejarah.
ia adalah satu-satunya vampir gila yang meminum lima darah ras abadi sekaligus dan dapat menguasainya dengan mudah karena tak ada yang tau kenyataannya jika dirinya yang setengah vampir dapat menerima banyak darah sekaligus untuk tunduk dibawah kakinya.
tunduk pada semua perintah dan aturannya.
Aturan pertama darinya adalah, "bunuh semua keluarga Blevine"
Aturan yang kedua adalah, "setiap kata-kata perintah darinya adalah mutlak dan tidak ada seorang pun yang boleh melanggar aturannya"
Delapan dunia telah tunduk dan berada dibawah aturannya. tak ada satupun yang berani melanggar sang penguasa darah lima ras abadi.
Ras vampir, werewolf, elf, naga, dan bahkan iblis. semua berada dalam genggaman rantai belenggu aturannya.
Ia adalah Ares Blevine, sang Vasnic raja lima darah ras abadi, dan penguasa kegelapan.
"Apa kau melihatnya, Ayah... sekarang aku tidak perlu mematuhi atau melanggar aturan siapapun karena semuanya hanya boleh mematuhi aturanku dan semua yang melanggar aturanku akan kuhabisi sampai jiwa mereka tak tersisa dan lenyap dari alam semesta"
"Yang Mulia Ares, Haldthria telah dilindungi oleh Aesir" ucap seseorang yang tengah berlutut di bawah tahta sana untuk melaporkan tugasnya pada sang raja.
"Aesir..." ulang sang raja vampir sambil menuruni tahtanya dan menghampiri vampir bangsawan yang masih dalam keaadaan berlutut disana. Vampir bangsawan yang sama rendahnya dengan vampir terendah yang ada dibawahnya. Bagi Ares, semua hal berada dibawah kakinya.
"Apa kau tau. Apa yang ingin ku lakukan setelah menguasai Haldthria?" Tanya Ares ikut berlutut di tangga pertama karena serendah apapun ia haruslah yang lebih tinggi dan berada di atas.
"Me-menguasai Althria, dunia Aesir" jawab vampir itu menjawab pertanyaan rajanya.
"Lalu... bagaimana bisa aku menguasai Althria jika Haldthria yang lebih rendah dari tujuh dunia saja tidak bisa ku kuasai?"
"Kau hanya perlu menghancurkan pelindung itu bukan?" Lanjut Ares.
"Berikan darahmu untuk menghancurkan pelindung itu" bisik Ares pada Vampir yang terlihat ketakutan.
Lutut vampir itu yang ia gunakan untuk berlutut bergetar saat mendengar bisikan itu. Mata merahnya seolah kehilangan kehidupannya.
Ares kembali berdiri setelah membisikan beberapa kata pada vampir yang masih berlutut di bawah sana, sedangkan Ares sudah berada di atas tahtanya lagi.
"Pengorbanan darah..." guman Ares.
"Kenapa kau masih berlutut disana?. Apa kau mendengarku Lucas Blevine?." Guman Ares lagi.
"Sa-saya mendengarnya, Yang Mulia. Saya akan segera melakukan perintah anda. Suatu kehormatan dapat mengorbankan darah saya untuk anda" ucap orang yang dipanggil dengan nama Lucas Blevine itu oleh Ares.
"Bukan segera, tapi kau harus melakukannya sekarang juga, Kak..." guman Ares yang perlahan mengangkat jarinya.
"Akh!" Lucas Blevine merintih. Ia dapat merasakan darahnya yang seolah mendidih didalam tubuhnya, bahkan lebih buruk saat jantungnya ditancapkan sebuah perak.
"Tentu saja kau harus merasa terhormat dengan pengorbananmu padaku"
"Siapapun yang mengorbankan darahnya untukku harus merasa terhormat. Itu adalah aturanku..."
"AKHHH!!!" jeritan Lucas Blevine semakin keras, kali ini darahnya bagai di aliri lelehan perak yang menusuk seluruh sel darahnya yang mengalir.
Sebuah lingkaran sihir besar berwarna merah terang muncul di atas kepala Lucas untuk menyerap seluruh darahnya hingga tak tersisa.
Angin berhembus membawa abu milik Lucas yang tidak lagi berguna.
Sebuah lingkaran sihir kembali muncul di atas istana yang berdiri megah di sebuah tempat dataran tertinggi di Valmthria.
Ting... sebuah suara denting kecil berbunyi begitu sebuah cahaya lurus dari lingkaran sihir yang berukuran lebih besar muncul. Cahaya lurus itu tertembak tinggi menembus langit yang selalu berwarna gelap di Valmthria.
DUAARRR!!
Suara ledakan itu terdengar begitu nyaring di seluruh daratan Valmthria untuk menunjukan pada seluruh vampir disana jika raja mereka telah melakukan pengorbanan darah lagi untuk menguasai satu dunia.
Semua vampir yang melihat cahaya itu bergetar takut. Gelombang ketakutan di tubuh mereka jauh lebih kuat dari getaran yang datang dari suara ledakan tadi.
Pengorbanan darah adalah hal menakutkan bagi seluruh ras vampir. Mereka yang dikorbankan bagai seluruh neraka dimasukan kedalam tubuh mereka.
Tak ada yang bisa menahan rasa sakit dari pengorbanan darah.
Tidak ada yang lebih buruk dari pengorbanan darah.
Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pengorbanan darah.
Dan tidak ada yang lebih menakutkan dibandingkan dengan raja mereka. Seluruh vampir tunduk padanya, bahkan empat ras abadi lainnya tidak ada yang berani mencoba berdiri menyamai tinggi sang Vasnic itu.
"Ka-kali ini siapa yang dikorbankan untuk menghancurkan pelindung Aesir?" Tanya seorang warga vampir pada vampir lainnya.
"Sepertinya tuan Lucas. Dia adalah anggota keluarga Blevine terakhir yang tersisa"
"Apakah para vampir rendahan seperti kita akan menjadi korban berikutnya untuk menguasai Althria?"
"Jangan bicara seperti itu. Selama kita mematuhi aturan, semua akan baik-baik saja"
"Bagaimana jika aturannya adalah semua vampir rendah harus melakukan pengorbanan darah?"
"Tentu saja. Kita hanya bisa mematuhi aturan itu... aturan adalah perintah, siapapun yang melanggar perintah akan mendapatkan hukuman sesuai aturannya"
Wajah suram para vampir yang tengah berbicara satu sama lain itu terlihat dengan jelas. Rantai-rantai perak bagai membelenggu leher mereka untuk terus berjalan di bawah aturan raja mereka.
Disaat yang bersamaan, Haldthria dunia para manusia berguncang dengan hebat. Langit cerah mereka berubah menjadi berwarna gelap, matahari bagai padam ditelan malam.
Dalam kegelapan, muncul bayangan-bayangan hitam yang muncul dari bawah tanah bagai ribuan pasukan tentara kegelapan yang siap berperang.
Teriakan ketakutan para umat manusia menggema dimana-mana. Angin berhembus bagai badai, kabut-kabut berwarna merah gelap mulai menyelimuti memisahkan setiap manusia dari manusia lain yang mendadak buta tak dapat melihat sekeliling mereka.
"Aturan ketiga. Haldthria dan para manusia didalamnya adalah milikku"
Kini, sesuai dengan aturan sang raja vampir. Dunia manusia berada dibawah kakinya, dan semua darah manusia adalah miliknya.
"Apa yang terjadi?!"
Seorang perempuan berusia sembilan belas tahun yang tengah adu mulut dengan polisi yang menilang mobilnya karena berkendara dengan melanggar aturan itu tak peduli dengan keadaan sekitar.
Ia mengambil SIM nya kembali dari tangan polisi yang tengah bingung dan memasuki mobilnya untuk pergi menembus kabut.
"Ibu. Ibu dimana?, apa yang sedang terjadi?" Ucap perempuan tadi yang berkendara sambil menelpon ibunya.
"Hallo?. Ibu, apa kau mendengarku?, apa yang terjadi denganmu?!"
Dengan setengah panik dan berusaha tenang, perempuan itu melempar ponselnya ke bangku di sebelahnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli lagi dengan aturan lalu lintas karena itu tidak akan membuatnya tenang sebelum mengetahui apa yang terjadi dengan ibunya saat menelpon dirinya tadi namun tiba-tiba sang ibu berteriak dan tidak ada lagi suara dari sang ibu.
"Kabut tebal aneh apa ini sebenarnya?!. Bahkan tidak ada satupun media yang menyiarkan berita yang tengah terjadi" dumal perempuan berambut coklat muda yang diikat ponytail itu.
Perempuan itu terus melajukan mobilnya menembus kabut hingga ia melihat sebuah siluet seorang pria di depannya.
"Awaas!" Teriak perempuan itu terkejut dan membanting kemudinya hingga mobilnya terbentur dengan sebuah pembatas jalan rel kereta yang membuat mobil itu kini terjebak.
"Tidak!" Perempuan itu dengan panik berusaha menjalankan mobilnya saat mendengar suara kereta yang akan lewat, namun karena tak bisa juga bergerak ia berusaha membuka pintu mobilnya.
Brukk!
Perempuan itu loncat keluar tepat saat kereta cepat melintas menabrak mobilnya dan menyeretnya.
"Hampir saja..." guman perempuan itu.
"Hm. Jadi kau jenis manusia yang suka melanggar aturan ya?"
Perempuan itu terkejut saat ada seseorang yang berbicara di belakangnya tiba-tiba. ia menarik dirinya ke belakang setelah menoleh pada sosok siluet yang berada dalam kabut merah itu.
"Sayang sekali aku tidak dapat menguasai darah manusia, namun setidaknya aku dapat memilikinya..." guman sosok pria itu yang semakin jelas sosoknya di hadapan perempuan itu.
"Siapa kau!" teriak perempuan itu yang sudah mengepalkan sebuah batu di tangannya yang siap untuk ia lempar kapan saja.
"Siapa aku?" ucap sosok itu yang tiba-tiba menghilang dari hadapan perempuan itu.
"Aku adalah rajamu... manusia" bisik sosok itu yang sudah berada di belakang sosok perempuan itu dengan menggenggam tangan perempuan itu yang memegang batu.