Meski begitu, Gettan berusaha menahan dan lepas dari hujan pukulan tersebut.
Berkat efek pil yang diberikan pada tubuhnya, lukanya sembuh segera setelah dia menerimanya. Oleh karena itu, dia dengan sabar menunggu pukulan itu berakhir—Namun, John Smith tidak berhenti.
Setiap langkah yang diambil Gettan, dia memprediksi dan menggunakannya untuk menyerang dengan kakinya.
Dia membaca setiap langkah yang mereka ambil, setiap gerakan ofensif dan defensif yang hanya digunakan untuk melawan Gettan.
Jadi, John Smith terus menyerang secara sepihak, s elalu dekat dengan tubuhnya, pada jarak hampir nol.
Tidak peduli seberapa jauh mangsanya bergerak, dia tidak bisa keluar dari jarak sedekat itu.
Karena itu, dia terus memukul tanpa henti.
"Gaah … aggh … guhh … gohh … cohh!"
Tulang Gettan patah, giginya copot, organ dalamnya meledak, tetapi semua itu beregenerasi lagi.
Itu hampir seperti siksaan tanpa akhir.
