Chereads / Prince Arslan / Chapter 6 - AJUDAN SANG PANGERAN

Chapter 6 - AJUDAN SANG PANGERAN

Ketika Arslan sudah lurus asa dan merasakan penderitaan yang sudah cukup menyakitinya, dia terus memeluk gadis yang berhasil di selamatkan nya. Dia berharap bahwa gadis yang bersamanya bisa selamat meskipun nyawanya sendiri jadi bayarannya.

Tak lama kemudian, datang sebuah mobil Tua dari gedung sebelah dengan kecepatan tinggi dan terbang ke arahnya. mobil itu membawa tali yang terseret di lantai. Menyadari bahwa kesempatan Arslan meraih tali tersebut sangat tipis, dia memutuskan untuk mengikat gadis yang di selamatkan oleh nya ke tubuhnya. Arslan berlari mengejar tali tersebut dan terus berlari hingga akhirnya dia berhasil meraih tali tersebut di tangannya.

Dia terseret dan akhirnya berhasil melompat dari gedung tersebut sebelum hancur. Ketika beberapa meter sebelum mendarat, Mobil tersebut membuka parasut dan membuat mereka mendarat dengan lebih lambat. Akhirnya , mereka berhasil mendarat dengan mulus.

Ketika berada di bawah, dia harus segera menyingkir agar tidak terlindas oleh mobil yang masih di atasnya. Tak sampai di sana, Arslan harus menjauh hingga 1 kilo meter untuk mengindari reruntuhan gedung tersebut. Tiba-tiba pintu mobil terbuka, namun kaki Arslan tersangkut oleh tali parasut. Arslan melemparkan gadis itu kedalam Mobil dan menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu tak mau meninggalkannya dan terus menunggunya.

Setelah bersusah payah melepaskan kakinya, akhirnya terlepas dan dia berlari kedalam mobil sambil membawa wanita tadi dan segera menutup pintunya. " huuuuuuhhhhh, aku pikir aku akan mati oleh reruntuhan tadi. siapapun kau, Aku sangat berterimakasih kepada mu karena telah menyelamatkan aku. . . " ujar Arslan dengan kemeja yang kusut dan dasi yang sudah terlepas.

" Akhirnya aku datang telat waktu. . . " Ujar Rayya sambil menghela nafas.

" aahhhh, suara itu. Kau kah itu Rayya. ? Bukankah aku memintamu untuk membawa Sofia ke Mention. . . " Lanjut Arslan dengan wajah tak percaya.

" Tenang saja, aku sudah melakukan tugasku dengan baik. terlebih sekarang seharusnya pangeran tampil dalam keadaan rapi, tapi apa-apaan penampilan kusut itu. . . " Rayya mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin membuat Arslan merasakan hal aneh. " sebaiknya pasang sabuk pengaman, kita akan melaju ke ih cepat, atau kita akan tertimpa reruntuhan. . . " lanjut Rayya sambil tancap gas.

Setelah cukup jauh dari reruntuhan gedung tersebut, Rayya melihat keramaian polisi yang sedang mengamankan keadaan sekita dari kepanikan. Dalam sekejap, Reporter berita datang ke tempat tersebut dan meliput berita.

Ketika Mobil tua tersebut berhenti, tampak seorang lelaki paruh baya mendekati mobil tersebut dan menyapa Rayya. " Apakah kau berhasil menyelamatkan orang anak muda. . .? " sapa orang itu, padahal tadi dia meminta Rayya untuk menyelamatkan putrinya, namun justeru dia menanyakan tentang keadaan Rakyat sipil. Rayya yang melihat orang itu tak sanggup mengatakan apapun karena dia tak bisa menepati janjinya pada orang tersebut. " Maafkan saya paman, saya tak bisa menemukan putri anda. . . " tiba-tiba suara hari terdengar dari pintu belakang Mobil. " Putriku, syukurlah kau selamat. . . " ujar orang tadi. Pangeran keluar dari mobil mengendong wanita yang masih terikat tersebut. Ternyata suara itu berasal dari orang yang tadinya meminjamkan mobil tersebut kepada Rayya.

lelaki itu bersujud dan bersyukur karena putrinya berhasil selamat. Lalu orang tersebut mendekati Rayya dan mencium keningnya sambil berkata, " Terimakasih telah menyelamatkan Pangeran Dann Putriku. . . " ujar orang tersebut kepada Rayya. Rayya yang tak menyangka bahwa wanita itu adalah putri dari orang yang meminjamkan mobilnya sedikit kaget karena kebetulan ini terlalu nyata. " Maaf Pak tua. . . ! Yang menyelamatkan Putri Anda bukan saya, tapi pangeran. . . " lanjut Rayya menghadap kearah Orang tadi.

Arslan meletakkan gadis itu di sebuah tandu yang sudah di siapkan sembari melepaskan ikatan tali wanita tersebut dengan di kelilingi banyak wartawan yang sedang meliput berita tersebut. Beberapa polisi bahkan sangat kewalahan untuk menahan beberapa orang yang ingin mengambil momen saat bertemu pangeran tersebut. Tiba-tiba Arslan mengambil sebuah mikropon dari seorang wartawan lalu mengatakan. " Maaf semuanya, saya terlalu sakit untuk memberikan penjelasan kepada kalian, jadi kalian bisa tanyakan selengkapnya pada Ajudan saya yaitu Rayya, dia sedang berdiri di sana. . . " ujar Arslan sambil menunjuk kearah Rayya.

Rayya yang mengetahui bahwa Arslan sangat tidak tahan dengan keramaian, Terpaksa harus memberikan laporan tentang segala buang dia ketahui. Dan sejak saat itu, Rayya lebih di kenal oleh banyak orang. Di berbagai media namanya sering muncul di acara berita sebagai Ajudan Sang pangeran.

beberapa jam kemudian, Arslan memanggil Sebastian dan William untuk memastikan semuanya. " Sebastian. . . ! " Arslan memanggil Sebastian dengan sedikit suara aneh karena menahan sakit di sekujur tubuhnya.

" Iya Tuan muda, aku disini. Apa yang anda butuhkan. . . ? " Sebastian menyambut panggilan Tuannya dengan penuh kesopanan. lalu Rei melanjutkan perkataannya tadi. " Apakah Ayahanda dan Ibunda baik-baik saja. . . ? " Tanya Rei lagi kepada Sebastian.

" Tentu saja, Tuan besar dan Nyonya selamat tanpa terluka sedikitpun. Mereka justeru mengkhawatirkan anda. Namun karena harus memberikan klarifikasi atas hak ini, mereka tak bisa menemui anda sekarang. . . " lanjut Sebastian mengatakan kepada Arslan.

" Lalu bagaimana dengan Paman Zameera dan Putri Maheera. . . ? " lanjut Rei bertanya pada Sebastian. Sebastian langsung menjawab pertanyaan dari Tuannya. " Tentu saja mereka semua baik-baik saja. hanya saja, Putri Maheera masih Syok karena harus di bawa melompat dari ketinggian seperti itu, di tambah sebelumnya dia hampir tertindih puing bangunan gedung. kemungkinan yang membuatnya Syok adalah, karena bersentuhan dengan Pria. . . " jawab Sebastian.

" Tapi mau bagaimana lagi kan. ? Aku hanya bisa melakukan hal itu. Sebastian. . . ! Tolong dampingi Ayahanda dan Ibunda. Biarkan William melakukan investigasi dan penyelidikan atas kasus ini. karena hal seperti ini adalah keahliannya. . . " Ujar Arslan kepada Sebastian.

Sebastian lalu keluar dan menutup pintu kamar tersebut dan membiarkan Pangeran seorang diri. Arslan yang saat ini sedang memikirkan sesuatu mulai merasakan adanya hak aneh atas kejadian tersebut. entah bagaimana pun, kejadian ini terlalu ringan jika di bandingkan dengan tujuan mereka. " Apa sebenarnya tujuan Pelaku ini. ? jika memang dendam, seharusnya dia sudah membunuhku dan Ayahku. tapi kenapa dia justeru membiarkan kami berkeliaran dan mengevakuasi. terlebih lagi dalam kejadian ini korban jiwa 0.00% sedangkan yang terluka hanya beberapa orang saja. dan yang paling parah juga adalah aku. apakah ini sebuah deklarasi perang. ? ati kan ancaman. ? Aaahhhh sudahlah. Bagaimanapun, ini adalah hal buruk. sebaiknya ku biarkan William menghadapi hal ini. . . " Arslan bergumam dalam hatinya sembari menatap arah jendela di melihat g dung yang hancur dan berasap hitam akibat kebakaran.

Sementara itu di sisi lain, Rayya yang baru saja selesai melaporkan ke beberapa pewawancara di jalan sekarang akan pergi ke tempat Arslan. Namun di pintu masuk ada seorang yang menggunakan pakaian berwarna gelap dan menggunakan topi lebar berlari setelah melihat Rayya datang.

BERSAMBUNG . . . . . .