" Aku bekerja paruh waktu, tapi untuk memenuhi kebutuhan obat untuk Ibuku, aku mengurangi jatah makan ku demi adik-adik ku, sangat beruntung jika ada sisa makanan di toko, dan menejer yang baik akan mengizinkan aku untuk membawanya pulang, karena menejer mengetahui keadaan ku, terkadang menejer sengaja tak menjual beberapa porsi terakhir agar aku bisa membawa makanan untuk ibu dan adikku. " Ujar Sofia dengan lirih suara yang sedih,
Arslan menghubungi Sebastian agar segera memanggil ambulance. Tak lama kemudian Sofia terkejut melihat ada ambulance yang datang karena dia berfikir tidak akan mungkin bisa membayar biaya ambulance dan biaya pengobatan.
Menyadari tentang ekonomi keluarga mereka, Sofia berusaha untuk tidak membebani orang lain, karena khawatir jika Sofia akan berhutang kepada orang lain lagi. " Mohon maaf sebesar-besarnya, saya tidak bisa membawa Ibu saya ke rumah sakit, meskipun anda membayar ambulance untuk ibu saya, bagaimana saya bisa mencukupi pembayaran pengobatan untuk Ibu saya, bahkan saya tidak tahu penyakit yang sedang di derita ibu saya. Jika boleh jujur, apa yang anda inginkan dari saya sehingga anda melakukan ini untuk kami. ? "
Arslan tak mendengarkan apa kata Sofia, karena hal itu akan menjadikan masalah makin rumit, Arslan hanya mengatakan kata singkat kepada Sofia. " Jika kau tak ingin ku bantu, maka kau hanyalah perlu berhutang padaku, kau bisa membayar kapanpun engkau mampu. Bawa barang-barang milik mu dan adikmu kita akan ke rumah sakit sekarang. "
Mereka pergi ke rumah sakit dan menemui Ibunya, kemudian dokter datang ke Ruang tunggu dan memanggil Sofia selaku anak dari pasien, melihat bahwa Ibundanya sedang mengalami penyakit jantung, sehingga membutuhkan donor dari orang lain, jika tidak memiliki pendonor dia harus membeli jantung dengan harga $70.000 yang mana jika di rupiahkan sudah mencapai 1 milyar lebih. Sebastian di minta untuk membantu Sofia, karena sebagai pangeran dia memiliki banyak tugas yang harus di selesaikan, karena di masa sebelum dia menjadi Raja yang sah dia sudah di berikan wilayah dan beberapa saham untuk di kembangkan sendiri untuk belajar menjadi Raja yang bijak, dia memiliki jadwal yang sangat padat, dia juga harus berlatih bela diri, dia juga harus berlatih menggunakan senjata api dan senjata tajam. Karena bagaimanapun juga seorang pangeran harus menguasai banyak hal tentang persenjataan dan beka diri. Tentu saja itu di ikuti oleh Rayya dan William.
Sementara itu Sofia yang berada di rumah sakit seperti terlihat sangat sedih dan memeluk adik-adiknya. Karena dia sudah siap menukar jantungnya untuk sang Ibunda tersayang. Namun sebelum Sofia tanda tangan, dokter menutup pintu ruangan operasi dan tak menemukan seorang pun di ruangan sang dokter. Sofia yang tak tahu apa-apa susu menunggu dengan wajah berlinang air mata. Sofia sertakan doa yang tak ada putusnya dari bibir indahnya. Tak lama dokter keluar dari ruangan operasi.
Dengan penuh harapan, Sofia berharap dia bisa mendapatkan kabar baik tentang keadaan Ibunya. Namun dia masih khawatir akan biaya pengobatan Ibunya. " Saya sudah siap untuk tanda tangan dokter, kalau bisa lakukan operasi hari ini juga agar ibu saya bisa selamat. "
Dokter itu tersenyum ramah menatap kearah Sofia sambil berkata. " Itu tidak perlu, seseorang pemuda dengan jas Hitam sudah membayar biaya sepenuhnya. Dan Operasi berjalan dengan baik. Kamu bisa pulang sekarang, dan biarkan Ibumu istirahat, oh iya, ada titipan surat dari orang itu, tunggu sebentar akan aku ambilkan. "
Dokter memberikan sebuah kertas dengan isi Tulisan yang biasa saja tali sedikit membuat Sofia tenang.
" Aku sudah membayar biaya pengobatan dan operasi Ibumu, kau harus pulang ke alamat yang sudah aku berikan di balik kertas, aku sudah menyiapkan apartemen untuk mu, kau bisa tinggal di sana bersama adikmu, itu adalah apartemen milik keluargaku, kau tak perlu membayar lagi, lalu kau bisa tenang dan kembali bersekolah seperti biasanya. Jika kau merasa berhutang datang dan temui baku ketika kau sudah mampu membayar. Jangan katakan apapun lagi. "
Melihat isi surat tersebut, Sofia ingin pergi ke istana untuk menemuinya dan berterimakasih. Namun sesampainya dia di istana dia di halau oleh penjaga gerbang, karena dia terlihat seperti orang biasa. Namun Rayya yang sedang datang ke tempat Arslan mengatakan pada para penjaga bahwa Sofia adalah tamu terhormat yang di undang oleh Tuan muda Arslan. Dia membiarkan Sofia masuk bersama kedua adiknya. Di dalam Mention milik Arslan pribadi di sana dia sedang duduk memandang Sebuah tanaman yang layu yang di jauhi oleh lebah.
Setelah beberapa hari sejak kejadian tersebut, Rayya dari kejauhan datang memanggil Arslan dan mengatakan bahwa dia sedang ada tamu. " Hoi Arslan, kau ada tamu. Apa yang kau lamunkan. ? Ini bukan saatnya malas-malasan. "
" Apakah aku terlihat seperti sedang bermalas-malasan. ? Apakah kau tidak melihat bahwa aku sedang bertarung melawan tugas. ? " Ujarnya sambil ngomel-ngomel karena merasa terganggu saat sedang fokus mengerjakan tugas sekolah.
Seperti biasa, Rayya akan bercanda dengan Arslan dan tidak terlalu menganggap Arslan sebagai orang tinggi, karena Rayya sudah menganggap Arslan sebagai Saudaranya sendiri. " Ha ha ha ha , sory, ternyata jadi pangeran berat juga. "
" Daripada banyak bacot, mending kau bantu aku menyelesaikan semuanya. Terlebih lagi, siapa yang datang. " Ujar Arslan dengan wajah kesal sambil mengkerutkan alis.
Seorang gadis menyapa dari depan pintu." Maaf menganggu pangeran. Saya datang untuk mengucapkan terimakasih, berkat anda Ibu saya berhasil di operasi. Jadi apa yang bisa saya lakukan untuk membayar semuanya. " Ternyata itu adalah Sofia yang sedang datang berkunjung ke Mention Milik Arslan.
" Syukurlah jika Ibumu baik-baik saja, jangan lupa sampaikan salam ku padanya. ! Baiklah kau boleh kembali merawat Ibumu. Yang terpenting kau tak perlu formal kepadaku, panggil saja aku Arslan. Terlalu berat jika kau panggil aku pangeran. " Ujar Arslan kepada gadis itu dengan perasaan lega.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan sopan santun kepada Pangeran, Sofia memberanikan diri untuk menolak permintaan Pangeran. " Kalo soal itu tidak bisa, pengeran tetaplah pangeran, jika kau ku samakan dengan yang lainnya, lalu siapa yang akan ku panggil Raja di masa depan nanti
Melihat, keseriusan Sofia, Arslan harus menerima apa yang di katakan oleh Sofia terhadap. " Huh. . . ! Lakukan sesukamu, tapi aku harap di sekolah kau tak terlalu menghormatiku, karena aku akan sulit berteman. "
" Apapun yang ku lakukan, semua orang sudah tahu bahwa kau adalah seorang Putra mahkota. Tapi bukan itu yang ingin aku tanyakan. Aku datang untuk menanyakan, apa yang harus aku lakukan untuk membayar kebaikanmu. " Lanjut Sofia bertanya lagi kepada Arslan dengan nada yang sedikit lebih canggung sambil menundukkan kepalanya.
Arslan yang tak mengharapkan balasan apapun hanya bisa berbelit-belit dan berusaha mengalihkan pembicaraan. " Aku tidak tahu, memangnya apa yang aku inginkan darimu. Jikalau pun ada, apakah kau mampu memberikan itu untukku. ? "
Kepekaan Rayya memang berbeda dari yang lainnya, kali ini Rayya berusaha membaca suasana dan mencairkan suasana tersebut agar perbincangan mereka segera berakhir. " Fiuhhh. Hoi pangeran bodoh. Apa yang kau katakan, dia butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup, apakah kau pikir, setalah kau menolong Ibunya berobat dia akan langsung menjadi baik-baik saja. ? " Ujar Rayya dengan nada yang sedikit tinggi.
" Haaaaaaaaaaaa. Kebetulan, aku butuh asisten, kau mulai bekerja sekarang, bantu aku menyelesaikan berkas ini. Kau pasti mengerti, karena di lihat dari lencana seragam milikmu, kau mengambil jurusan komputer. Yang terpenting Rayya, apa maksudmu mengatakan bahwa aku ini pangeran bodoh, meskipun begini, hatiku bisa sakit loh. " Jawab Arslan dengan polosnya.
Namun Sofia berusaha menolak apa yang di tawarkan oleh Arslan karena merasa tidak pantas. " Sepertinya tak semudah itu. Bukankah ada banyak orang yang lebih hebat dari ku. ? "
Dengan bibir yang tersenyum tulus, Arslan meyakinkan kepada Sofia agar menerima tawaran tersebut. " Kalo soal itu tak masalah, aku ingin mendirikan kerajaan ku sendiri di Mention yang di berikan kepadaku. karena bagaimanapun juga aku akan menjadi pewaris dari tugas ayahku yang merepotkan. Sekarang akan aku jelaskan semuanya jadi tolong bantu aku. Hehe. "
Setelah Menjelaskan semuanya kepada Sofia, Arslan kembali menemui Rayya untuk menyampaikan beberapa pesan kepadanya. " Rayya, jemput dia bersama ibunya besok pagi, hari esok Ahir pekan, kita libur, bawa dia dan orang tuanya kesini, dia akan tinggal di sini sebagai pekerja, seharusnya itu tak masalah. Jangan lupa Katakan pada Wiliam untuk tugasnya, aku akan mengadakan pertemuan bersama para bangsawan negeri tetangga. "
Rayya dengan santainya bicara layaknya seorang sahabat kepada Arslan. " Oke oke, He he. Aku harap kau tak di jodohkan dalam acara besok pagi. Karena acara seperti ini biasanya sering terjadi di film-film percintaan. Ha ha ha ha. "
Setelah selesai bertugas, Rayya mengantar Sofia pulang, sebelum sampai di rumah, Rayya membelikan makanan dan menyelipkan beberapa lembar uang untuk membeli kebutuhan Mereka. Baik Rayya maupun Arslan, mereka adalah orang yang baik, terlebih lagi Rayya adalah orang yang akan menjadi bawahan resmi dari Arslan suatu saat nanti, karena sudah adat di antara keluarga mereka untuk mencari bawahan dan pekerja mereka, sehingga tak heran jika Arslan sudah di berikan wilayah untuk di pimpin dalam usianya yang masih sangat muda tersebut. Tentu saja, Rayya memberikan Uang dengan cara diam-diam agar tak terjadi kesalahpahaman seperti yang di katakan oleh Arslan.