Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Batas Antara Kita

DiyahDysa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.8k
Views
Synopsis
"Aku mencintai dia." "Siapa?" "Istrimu." Edzard Atma Adinanta tidak pernah menyangka bahwa pernikahan yang telah ia siapkan hancur seketika begitu wanita yang ia cintai Shahia Eleandra terlibat sebuah hubungan satu malam dengan kakaknya sendiri, Ardion Dariel Adinanta. Ketiga orang ini sama hancurnya baik Edzard, Shahia, maupun Dariel. Dibalik peristiwa itu, ternyata ada seseorang yang menjebak Shahia dan Dariel. Siapakah orang itu?

Table of contents

Latest Update1
BAB 12 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

"Lima ratus juta?!" Suryo menaikan sebelah alisnya begitu mendengar nominal uang yang ingin dipinjam oleh Edzard Dariel Adinanta, putra bungsunya. Uang bukanlah sesuatu yang menjadi masalah untuk Suryo. Hanya saja, terlalu sulit baginya untuk memberikan pinjaman pada anak yang hanya bisa bermain-main dan sombong itu, "Sudah ayah bilang tinggalkan perusahaan konyolmu itu dan bergabung dengan Adinanta Grup! Dion juga pasti akan memberikan posisi yang bagus untukmu!"

Edzard mengepalkan tangannya, jika saja uang perusahaan tidak dibawa kabur oleh Yusra, tidak akan ia meminta pertolongan pada Suryo, dirinya sudah terlampau tertekan oleh keadaan dan ia tidak ingin mendengar perkataan sang ayah yang tidak pernah ingin melihatnya berkembang, "Kenapa selalu saja Dion?!" tiba-tiba saja pertanyaan ini terlontar dari mulut Edzard. Namun, ia pun sadar akan pertanyaan tersebut.

Hati seorang Edzard sudah sangat lelah menghadapi ketidakadilan yang setiap saat datang padanya, sejak kecil sang ayah memang tidak pernah memihak kepadanya, segala sesuatu selalu saja berputar seputar Dion.

"Apa katamu?!" tanya Suryo, ia sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang baru saja Edzard tanyakan, hanya saja ia ingin memperjelasnya.

"Aku ini anakmu, bukan?!" Edzard justru berbalik tanya, wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa sesak yang sudah berkumpul dalam dada, "Kenapa dari dulu selalu saja Dion, Dion, dan Dion?! Aku memakai baju sisanya, makanan yang tersedia harus ia dulu yang mengambil, ayah yang memarahiku habis-habisan untuk sebuah kesalahan kecil dan justru menganggap lumrah ketika dia melakukan kesalahan besar! Kenapa hanya dia yang menjadi kebanggaan ayah?!"

"Kamu ini hanya seorang adik, menurutlah pada kakakmu!" tegas Suryo, ia menatap anak kurang ajar yang berbicara padanya dengan nada tinggi, "Kau marah karena ayah tidak memberimu uang yang kau inginkan?! Jika ayah meminjamkanmu uang apa kau sanggup untuk mengembalikannyanak,Sedangkan kau ini tidak kompeten, mengurus perusahaan kecil saja tidak bisa! Lihatlah, belum apa-apa sudah menderita kerugian lalu bagaimana nasib perusahaanmu itu selanjutnya?!"

"Ayah ini pemilik Adinanta Grup, seharusnya uang bukan menjadi sebuah masalah dan jumlah yang ingin aku pinjam bagi ayah tidak ada artinya," ucap Edzard miris, "Aku meminjam bukan meminta, jika Dion yang berada diposisiku sekarang, sepuluh milyar pun Ayah akan langsung memberikannya!"

"Sebagai seorang pembisnis tentu kita harus memikirkan tentang untung dan rugi, tinggalkan saja perusahaanmu itu dan kembalilah pada Adinanta!"

"Bisnis?!" tanya Edzard dengan mata berkaca-kaca, "Aku datang sebagai Edzard, bukan rekan bisnis, aku meminta bantuan sebagai seorang anak"Usaha yang kau lakukan ini hanya akan sia-sia!" tegas Suryo, dalam matanya Edzard merupakan seorang tanpa kompetensi yang tidak akan bisa bersaing dalam kerasnya dunia bisnis, ia selalu menempa Dion menjadi pribadi yang tidak mudah hancur ditambah anak itu piawai dalam hal apapun, berbeda dengan Edzard, sejak dulu ia enggan berurusan dengan anak tengil ini, "Kembalilah! Dion akan membimbingmu!"

"Tidak!" tolak Edzard dengan tegas, "Aku tidak mau menjadi pesuruh orang itu! Lagipula, seluruh aset yang Ayah miliki seluruhnya milik Dion dan aku tidak mendapat apapun ..."

"Kau mau warisan ..."

"Tunggu, Ayah! Aku belum selesai bicara!" Edzard yang semula diam dan mengalah mulai menunjukan keberaniannya, "Aku tidak meminta warisan barang satu rupiah pun! Hanya saja, jika aku terus saja menuruti apa kata kalian. Maka, aku hanya akan menjadi pesuruh tanpa bisa berkembang, aku akan dijadikan sapi perah!"

"Edzard!" bentak Suryo hingga suaranya menggema keseluruh sudut ruangan, ia tidak terima dengan apa yang Edzard katakan.

Edzard berdiri dari sofa yang ia duduki, "Ayah tidak perlu membantuku! Akan aku buktikan bahwa aku bisa tanpa kalian semua!" sorot mata Edzard memancarkan kemarahan yang luar biasa, setelah mengucapkan perkataan itu, ia beranjak pergi dari ruangan milik Suryo.

"Apa katamu?! Dasar anak kurang ajar! Kau akan kembali dengan seluruh penyesalanmu itu!"

Edzard mengabaikan apa yang Suryo katakan, perkataan sarkas yang hanya akan membunuh rasa percaya dirinya, ia keluar lalu membanting pintu dengan keras.

Dengan cepat, Edzard melangkah menuju kamar yang memang berada tak jauh dari ruang kerja sang ayah, kepiluan dan rasa sakit mendera batinnya. Ia memang seorang pria yang seharusnya bisa bersikap tak acuh pada perlakuan yang berbeda antara dirinya dan sang kakak. Namun, ia juga manusia dan butuh dimanusiakan, bagaimana rasa sakit jika kehadirannya tidak dianggap sama sekali.

"Baru berdebat dengan Ayah?!" tanya seseorang membuat Edzard menghentikan langkah, ia menatap seseorang yang berdiri dekat dengan anak tangga, satu meter dari pintu kamarnya. Wajah Edzard seketika berubah dingin menatap seseorang dengan wajah angkuh yang ingin sekali ia pukul itu, siapa lagi kalau bukan Ardion Brian Adinanta.

Dion memiliki perawakan tinggi tegap dan wajah rupawan, wajah pria itu bahkan sering menghiasi sampul majalah bisnis karena pencapaian yang luar biasa diusia muda. Dion pun seringkali memakai setelan bermerk dan terlihat begitu modis sehingga banyak kaum hawa yang mengejar pria dua puluh delapan tahun ini.

Berbeda dengan Dion, walaupun memiliki wajah yang sedikit lebih rupawan dari sang kakak. Namun, penampilan Edzard terkesan biasa saja, kemeja yang ia miliki hanya memiliki harga tidak lebih dari seratus lima puluh ribu, ia juga jarang membeli pakaian baru karena ingin menggunakan uangnya untuk berbisnis. Oleh karenanya, banyak yang tidak percaya jika Edzard merupakan putra bungsu dari keluarga terpandang, Adinanta.

"Apa yang salah dengan kembali ke Perusahaan?! Kau merasa harga dirimu itu terluka?" tanya Dion yang terdengar serius, "Jika kau tidak terima dengan seluruh aset yang Ayah berikan padaku, aku akan memberimu satu per delapan aset tersebut. Kau mau apa? Hotel? Villa? Perkebunan? Pabrik?"

Dibanding mendengarkan ocehan menjengkelkan dari Dion, Edzard lebih memilih untuk melanjutkan langkah melewati kakaknya, melihat wajah seseorang yang dua tahun lebih tua darinya itu saja ia enggan.

"Kau butuh uang, bukan?!"

Edzard yang baru saja menyentuh knop pintu kembali terhenti, ia menatap tangannya yang gemetar tanpa melirik sedikitpun kearah Dion.

"Berapa yang kau butuhkan, satu milyar? Dua milyar?" tanya Dion dengan begitu serius, pertanyaan yang hanya ditanggapi dengan bungkam oleh Edzard, "Aku benar-benar lelah selalu diandalkan, harapan Ayah terlalu tinggi sehingga aku merasa sangat sesak. Kembalilah Edzard, aku akan mengajarimu cara terbaik untuk menjadi seorang pembisnis handal, kau tidak akan mengalami kebangkrutan seperti yang kau alami saat ini."

"Kau ingin berkata bahwa aku ini tidak kompeten, seperti yang ayah katakan, bukan?!" tanya Edzard datar.

"Benar," jawab Dion, ia berkata yang sesungguhnya.

"Kau hanya ingin melepas belenggu yang menjeratmu saja dengan menggunakan diriku," kata Edzard dingin.

"Memang begitu," jawab Dion tanpa sungkan, "Tapi, semua ini juga simbiosis mutualisme, kita saling diuntungkan."

"Maaf!" tegas Edzard menekan knop tersebut lalu membuka pintu, "Saya tidak tertarik dengan penawaran anda, Pak Dion!" lanjutnya masuk ke kamar dengan membanting pintu.

"Dia sepertinya perlu diajari sopan santun!" gumam Dion menatap pintu yang telah ditutup tersebut.