Chereads / SANG PENJAGA TERAKHIR / Chapter 22 - 22. Sembunyi

Chapter 22 - 22. Sembunyi

Mori yang telah keluar dari tempat persembunyiannya di balik pohon karena ada Vino yang pasti akan membantunya jika terjadi sesuatu, menggenggam erat botol vial kecil ukuran lima mili yang berisi garam dengan tutup karet di tangan kanannya. Dengan tarikan nafas panjang Mori pun berseru setelah memantapkan diri untuk membantu.

"Hei! Dungu! Mau sampai kapan kamu mau melawan perempuan!"

David sebagai satu-satunya laki-laki yang sedang bertarung dengan Miranda terang saja merasa tersindir luar biasa. David refleks berhenti ketika ia sedang akan melayangkan tendangan kepada Miranda yang hanya melakukan gerakan menghindar ke samping. "SIAPA YANG KAMU KATAKAN DUNGU?!"

"Tentu saja kamulah kalau merasa terpanggil." Ucap Mori santai.

"Dasar tengil!" geram David.

"Kamu jangan kabur kalau anak itu datang!" ucap Vino setengah berbisik kepada Mori setelah itu ia mengambil jarak dari Mori ketika melihat David mulai mengambil ancang-ancang untung mengejar Mori.

"EH?!" Mori menoleh kepada Vino cepat, terkejut mendengar perkataan Vino. Mori kembali melihat ke depan. Memantapkan diri untuk bersiap menghadapi apa pun yang akan dilakukan David. Mori mengepalkan tangannya yang menggenggam botol garam. [Akan aku lakukan begitu ada kesempatan!]

Dengan melakukan satu lompatan, David tampak seperti terbang sekilas karena jarak lompatannya sangat jauh! Mencapai tiga puluh meter dan berhenti tepat di depan Mori. BUUMMM!!! Suara yang dikeluarkan dari pendaratan David begitu menginjak tanah. Menandakan betapa dahsyatnya tekanan kekuatannya dengan tanah tempat mendaratnya yang sedikit tenggelam beberapa senti serta retak-retak.

Tekanan kekuatan David ketika mendarat itu bahkan membuat Mori sempat terseret ke belakang meski Mori juga memasang kuda-kuda untuk bertahan. "Hampir... saja!" Mori menghela nafas lega karena ia tidak terpental dan terjatuh. Mori melihat kepada David yang baru mendarat dalam posisi berlutut seketika mulut Mori refleks berkata. "Aku tahu kamu merasa salah tapi tidak mengira kamu sampai berlutut di hadapanku! Hehehe..."

David berdiri dengan cepat mendengar sindiran Mori. "Tutup mulutmu itu tengil!"

"Kamulah yang tengil dan dungu karena melawan perempuan!" sahut Mori terus melakukan provokasinya sambil mencongkel tutup karet botol vial perlahan dengan jari telunjuk tangan kanannya yang menggenggam botol berisi garam.

David mengepalkan kedua tangannya, mencoba menahan diri untuk tidak mudah terpancing emosi menghadapi Mori. "Kamu akan menyesal kalau mulutmu itu terus mengoceh!"

"Kamu juga akan segera menyesali perbuatanmu pada Miranda tadi!"

"Bisa apa kamu tanpa kekuatan makhluk mitos?"

Mori tersenyum lebar. "Aku bisa melakukan ini!" ucap Mori sambil berlari mendekati David yang hanya berjarak lima meter di depannya.

David tersenyum melihat Mori mendekatinya, ia bahkan bergeming dan menutup mata sekilas karena menganggap enteng Mori yang tidak memiliki kekuatan makhluk mitos memang tidak apa-apanya dengan kekuatan yang kini dimiliki David. Namun sikap jumawa David menghilang ketika ia membuka mata saat hanya menutup mata sekilas, ia melihat Mori berhenti berlari dan sebuah benda kecil melayang tepat di depan matanya yang tidak bisa dihindarinya walau refleks, karena bingung melihat benda kecil yang mengarah tepat di dahinya.

KRAK!!! Suara botol vial kecil dan tipis pecah begitu menyentuh dahi David yang berbatasan dengan rambutnya. Garam yang berbentuk serbuk halus itu bertebaran seketika di wajah David yang baru mundur.

"Uhuk uhuk uhuk..." David terbatuk sambil mengibaskan tangan kirinya di depan wajah berusaha menghalau bau serbuk garam yang terhirup olehnya. Batuknya tampak parah dalam hitungan detik hingga David jatuh berlutut. "Uhuk! Uhuk! Apa yang kamu lempar tadi?!"

"Hanya garam!" sahut Mori sedikit khawatir dan melihat kepada Vino.

"Tidak... mungkin..." BRUKK!!! David akhirnya ambruk dan tidak sadarkan diri dalam posisi tubuh miring ke kiri.

"Bagaimana ini?! Apa itu tadi benar hanya garam?!" Mori melihat kepada Vino dan segera berlutut menghampiri David karena khawatir walau David bukan temannya.

"Tentu benar itu garam! Itu reaksi yang biasa dari orang yang kerasukan! Sebentar lagi dia akan bangun sendiri!" jelas Vino.

"Benar apa yang dikatakan Vino! Sebentar lagi bocah itu akan bangun sendiri. Lebih baik kamu menjauh sebelum dia bangun dan kalian mulai bertengkar seperti kucing dan tikus!" ucap Miranda sambil mendekat kepada Mori.

Mori yang memperhatikan Miranda ketika berbicara segera memperhatikan David. Terlihat kelopak mata David bergerak dan itu sukses membuat Mori segera berdiri dan mundur dengan langkah panjang.

Jarak Mori hanya dua langkah panjang ketika mundur saat mata David terbuka lebar dan terdiam beberapa detik mencerna apa yang terjadi dalam posisi masih terbaring di tanah. Begitu paham yang terjadi barulah David duduk dengan cepat. Memperhatikan sekitar, melihat Miranda yang berdiri bersama Vino di dekat pohon lalu menemukan sosok Mori yang berdiri hanya berjarak dua meter dari dirinya.

"Si tengil!" ucap David begitu melihat Mori.

Mori melihat kepada Miranda dan Vino. "Kenapa efeknya harus cepat? Tidak bisakah lebih lama? Jadi bisa kita tinggalkan dia sendirian di sini!"

David duduk bersila di tanah, memperhatikan satu persatu kembali wajah-wajah yang ada di dekatnya kemudian berkata. "Aku ingat dan tahu semua yang telah terjadi!"

"Bagus!" ucap Vino.

"Aku menyesal dan minta maaf dari lubuk hati terdalam kepada..." David berhenti dan melihat kepada Miranda karena tidak tahu siapa namanya dan ingin bertanya langsung, namun Miranda segera mendahuluinya.

"Miranda. Kamu boleh memanggilku tanpa embel-embel kak."

David sedikit menundukkan kepalanya. "Aku sungguh minta maaf telah berbuat kasar kepada Kak Miranda! Aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku sendiri! Sesungguhnya aku tidak menginginkan kekuatan ini! Kalau bisa, aku ingin menolak kekuatan yang menurun tanpa keinginanku sendiri ini!"

"Ya, tidak apa-apa." Sahut Miranda dengan senyuman tulus menerima permintaan maaf David kepadanya. 

"Sebenarnya kamu bisa menolak kekuatan itu!" sela Vino.

David mengangkat kepalanya cepat dan melihat langsung kepada Vino. "Benarkah itu om?"

Vino nyengir mendengar David memanggilnya 'om', namun ia sama sekali tidak mengatakan apa pun tentang apa ia keberatan dipanggil 'om'. "Benar."

"Bagaimana caranya?! Tolong beritahu aku!" ucap David terkesan tidak sabar.

"Caranya gampang! Yaitu kamu harus bisa menguasai kekuatanmu sendiri terlebih dahulu..."

"Itu tidak mungkin! Aku tidak menginginkannya!" potong David cepat.

"Dengar dulu sampai selesai, bocah! Jangan suka memotong saat orang lain berbicara! Terutama pada orang dewasa!"

David tertunduk malu dan mengangguk pelan. "Maaf..."

Sementara Mori hanya diam dan tersenyum melihat David yang tampak sangat patuh pada Vino.

"Seperti kataku tadi, kamu harus menguasai kekuatanmu itu terlebih dahulu! Hal itu dilakukan dengan tujuan kamu memahami bagaimana kekuatan makhluk mitos yang kamu miliki itu bekerja. Jika kamu telah paham, maka kamu akan tahu sendiri bagaimana caranya melepaskan kekuatanmu itu!" jelas Vino sesingkat mungkin.

David mengangguk mengerti mendengarkan penjelasan Vino. "Benar juga kata om! Terima kasih atas penjelasannya dan maaf kalau aku sempat merepotkan!"

"Tidak apa-apa. Itu hal biasa kalau kita saling membantu orang yang mengalami kesulitan."