Chereads / Mawar Penghias Malam / Chapter 15 - Bayangan yang mengganggu

Chapter 15 - Bayangan yang mengganggu

Kurasakan semua sentuh lembut dan mesra ini, tidak ada yang terlewat kecupan bibir nya menjelajahi sekujur tubuhku. Bibirnya kini semakin bersemangat melahap area sensitif ku, sehingga aku kini berasa sudah diujung puncak nya.

SKIP

SKIP

Suara mendesah hebat menambah semangat bagi Alexa untuk membuat aku terus merasakan kebahagiaan ini, dan mendorongku untuk membuat tubuh kekar Alexa polos juga bagaikan bayi yang baru lahir tanpa busana sehelaipun.

Dia membuat tubuh nya merapat dengan tubuhku hingga tak terasa sesuatu yang keras masuk di daerah Sumber kehidupan ku. Hentakan pertama membuat kita menghasilkan suara lengkingan yang sangat keras, sehingga membuat kita berdua berada dalam posisi yang sangat menggairahkan.

Mungkin ini untuk yang pertama kali bagi Alexa merasakan hal ini, atau mungkin  ini adalah yang keberapa kali dengan Wanita lain. Bagiku itu tidak jadi masalah, mau yang pertama ataupun untuk yang keberapa kalinya. Yang penting bagiku sekarang pria ini sudah dalam jeratan ku. Senyum ku melebar di barengi desahan Alexa yang tanpa hentinya menghentakkan kecepatan pacuan nya.

"Yes..hany." 

"Ya."

Akan tetapi ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi ku, ingatanku sesaat teralihkan oleh bayangan tentang masa laluku dimana pertama kalinya aku datang dan jadi seperti ini. 

Ya, di tempat hotel seperti ini pertama kalinya aku merelakan kesucian ku yang sudah susah payah aku jaga. Aku di bawa Mamy ke suatu hotel, yang saat itu sedang mengadakan pesta besar-besaran yang katanya di acara ulang tahun seorang CEO perusahaan ternama. 

Aku di minta datang oleh salah satu pelanggan yang saat itu meminta aku yang harus melayani nya. Namun nyatanya pelanggan itu menghadiri pesta tersebut, sebelum kami pergi ke suatu tempat dimana pelanggan pertama ku menyewanya.

"Kau harus pergi ke hotel ini, untuk menemui pria yang membooking mu! Awas! jangan kecewakan dia kalau kamu mau bebas!" Mamy memberikan sebuah ancaman bagiku, yang selalu memberikan masalah baginya dari pria yang mem booking ku.

"Iya, Mam." Anggukan kepalaku menandai kali ini aku harus siap melakukan itu, apapun yang terjadi.

Aku terpaksa pergi takut Mamy mengurung ku lagi di dalam kamar. Aku di biarkan bebas setelah beberapa hari terakhir berada di kamar tanpa dibolehkan keluar.  Mamy juga memberikan makan hanya satu kali dalam sehari semalam, itupun jika dia sempat. Jika tidak, ya aku hanya minum air putih saja untuk membuat tubuhku tidak terlalu kelaparan.

Itu semua dia berikan untuk menghukumku, karena selalu menolak bahkan memberontak jika ada pelanggan yang ingin mem booking ku.

"Rasakan penat nya di kamar, sebagai hukuman untuk mu. Diam, dan jangan pernah keluar dari kamar ini selama kamu tidak mau melayani mereka!" Pinta Mamy menunjuk dengan jari telunjuk nya.

Dia sangat kesal kepada ku, sehingga memutuskan untuk mengurungku di kamar tanpa mau melepaskan ku sebelum aku mau menurutinya.

"Jangan Mam! Lepaskan aku, biarkan aku pulang kepada orang tua ku!" Lirihku sambil memohon supaya wanita ini mau melepaskan ku.

"Enak saja kau berkata seperti itu. Kau tahu, kau itu sudah aku bayar dari Fredy. Uangku sudah keluar sangat banyak untuk nya, dan kamu yang harus mengganti kan nya! Kau mengerti?" Cecar nya dengan sangat beringas saat menatapku.

Sebenarnya aku mengerti kenapa Mamy seperti ini kepadaku. Selain aku yang keras kepala,  om Fredy juga selalu meminta uang jatah kepada Mamy hasil membawaku ke tempat itu. Sedangkan aku aja belum menghasilkan uang, mana bisa Mamy memberikan uang itu kepada om Fredy.

Akan tetapi Karena sifat licik lelaki bejat itu, membuat Mamy memberikan nya uang hingga berkali-kali di saat aku belum melakukan apa-apa. Mungkin itu yang membuat Mamy terpaksa mengurungku di kamar, dan tidak memberikan makan yang cukup waktu itu.

Dia ingin membuat aku kapok, hingga aku mau melakukan pekerjaan tersebut. 

"Pakailah, pakaian ini! Dan buat dirimu cantik, supaya mereka terpesona dengan keindahan juga kecantikan mu!" Pinta Mamy sambil memberikan beberapa baju yang sangat  kurang bahan ke hadapan ku. 

Tidak lupa dia juga memberikan beberapa lembar uang untuk perawatan kulit ku di sebuah salon, supaya aku terlihat lebih mempesona di mata lelaki hidung belang.

"Iya, Mam. Tapi aku tidak nyaman memakai pakaian seperti ini. Pakaian ku sedikit  tertutup, tidak kurang bahan seperti ini." Pekikku dengan wajah malasku.

"Tidak bisa. Ini satu-satunya cara untuk kamu memikat pria itu. Dengan memperlihatkan tubuh indahmu, kau pasti berhasil." Ucapan Mamy meyakinkan aku, agar aku mau mengenakan baju tersebut.

"Tapi Mam, rasanya aku tidak mungkin memakainya." Kini sikap malas ku mulai ku tunjukkan lagi.

Pakaian yang tadi di berikan Mamy, ku kembalikan ke hadapannya meminta dia untuk menukar nya dengan pakaian yang sedikit tertutup. Itu bukan style ku memakai pakaian kurang bahan, apa lagi sangat ketat banget. Membuat tubuhku seakan di ikat tali yang kuat selama aku memakai nya. Mungkin itu hanya perasaanku saja yang tidak pernah memakai pakaian seperti itu. 

Jika aku melihat orang lain saat memakai nya, sih biasa saja. Mereka malah sangat nyaman sekali. Mereka selalu bilang memakai pakaian seperti itu, sangat mudah jika melangkah apa lagi memakai rok mini atau dress ketat. Mereka tersenyum mengejek kala melihat aku yang tidak diam ketika mengenakan pakaian itu, mungkin aku terlihat aneh di mata mereka.

"Kenapa? tidak nyaman, ya?"

"Iya, aku tidak pernah menggunakan pakaian seperti ini. Jadi, aku merasa malu melihat diriku sendiri. Apalagi roknya pendek sekali." Dengan terpaksa ku pakai saja tanpa mau banyak dramakuin lagi.

"makannya biasa kan untuk memakai nya! Nanti juga kalau sudah terbiasa, kau akan nyaman juga."

"Apa kita harus berpakaian seperti ini, ya?" Tanyaku sangat tidak nyaman.

"ya, iyalah. kita mau memikat pria, bukan mau kondangan. Jadi, kau harus memakai pakaian seperti ini!" Rekan kerjaku bergidik geli melihat diriku yang sangat tidak tahu apa-apa.

"Oh, jadi kita tidak bisa memakai pakaian lain selain ini?" Lirihku memelas.

"Gunakan saja yang sudah tersedia! Jangan banyak menolak!" Cerocos nya sambil melengos Pergi meninggal kan aku.

"Judes banget sih." Gerutuku kesal melihat tingkah nya yang dingin kepada ku.

Terpaksa aku memilih baju yang kini sudah disediakan oleh Mamy di tempat itu, nyaman atau tidak itu urusan belakangan.

Kulangkahkan kaki, menuju mobil yang akan membawa ku pergi ke tempat di mana ada pria yang menunggu ku. Aku harus menghampiri hotel yang kini sedang menggelar pesta CEO itu, dan menemuinya disana sesuai arahan Mamy.

Setelah aku sampai di sebuah hotel besar, dengan gegas aku turun dari mobil dan mencari keberadaan pria yang ingin kutemui itu. Sangat susah sekali menemukan nya, karena hotel itu sudah dipenuhi banyak orang berdatangan menemui undangan si CEO. Ada beberapa staf perusahaan, juga ada para pebisnis lain yang turut hadir di acara tersebut. 

Tetapi kebanyakan para orang penting yang menghadiri pesta itu. 

"Semuanya, mari kita bersulang untuk pimpinan kita!" Ujar salah seorang pria sambil mengangkat segelas minum kepada seluruh orang yang hadir di sana.

Terlihat dari kejauhan ada pria gagah berdiri di samping pria yang tadi mengacungkan gelas itu. Aku pikir mungkin itu orang yang saat ini sedang merayakan ulang tahun nya.

Sekilas terlihat sangat tampan, bibir merah nya juga kulit putih, tubuh kekar juga tinggi membuat siapapun pasti menginginkan dirinya. Sayangnya aku tidak terlalu jelas melihat ketampanan nya, karena banyaknya orang yang menghalangi keberadaan sang CEO. Meski ku buat kakiku berjinjit, tetap saja Pandangan ku terhalang oleh mereka.

Sudah sangat lelah ketika aku berusaha untuk melihat CEO itu, namun gagal. mana aku juga tidak menemukan pria yang katanya menungguku, belum aku temukan pula. sehingga membuat aku terduduk di kursi yang terdapat beberapa orang duduk pula di sana.

Aku mendengar sebuah rencana dari mulut mereka, untuk seseorang yang sedang mereka incar.

"Masukan obat ini ke dalam gelas minuman ini! Lalu berikan pada dia!" Suara samar terdengar dari seorang wanita yang duduk di kursi itu, sambil menyodorkan sebuah botol kecil ke arah seorang pria.

"Untuk siapa gelas ini?"

"Dia. berikan ini untuk nya!" Telunjuk wanita itu mengarah kepada sang CEO yang kini sedang merayakan hari jadinya.