"Baiklah Pak. Saya akan segera kesana,"
Entah siapa yang tengah menelfon mama saat ini, tetapi tampak dari raut wajahnya bahwa mama begitu panik dan khawatir.
Setelah itu, mama pun segera menutup telfon dengan perasaan cemas.
"Ada apa Ma?" aku bertanya sambil berjalan menghampiri mama.
"Rangga, itu, itu, huhuhu,"
Mama tampak kesulitan untuk berkata-kata, dan akhirnya dia pun menangis.
"Kenapa Ma? Ada apa?" tanyaku panik.
"Rangga, papa kamu....,"
Aku segera mendengus kesal saat mendengar mama menyebut pria jahat itu lagi.
"Kenapa sih Mama masih ngomongin penghianat itu? Rangga nggak suka Ma. Rangga benci," jawabku ketus.
Aku benar-benar benci jika mendengar sesuatu yang berhubungan dengan pria penghianat itu.
"Rangga, jangan pernah membencinya. Dia itu papa kamu, Nak," jawab mama.