"Kamu tuh nggak usah berkhayal yang enggak-enggak ya, Dokter Rangga," ucap Meisya sambil tersenyum sinis.
"Loh, emangnya nggak boleh? Aku kan beneran sayang sama kamu, dan aku berniat untuk menjadikan kamu sebagai istri aku. Apa aku salah?" tanya Rangga ngotot.
"Iya salah dong. Karena akunya yang nggak mau jadi istrimu. Weekk," jawab Meisya sambil menjulurkan lidah.
"Ih, kamu tuh beneran bikin gemes ya. Sini biar aku cubit sekalian," kata Rangga sambil mengulurkan tangannya.
Dia berusaha untuk mencubit pipi Meisya yang menggemaskan itu.
"Ih, nggak mau. Nggak boleh pegang-pegang," ujar Meisya sambil menepis tangan Rangga.
"Alah, nggak boleh pegang, tapi boleh peluk, iya kan?"
Pertanyaan Rangga itu langsung membuat Meisya tak berkutik. Wajahnya merah padam karena mehanan malu. Meisya lalu memukuli lengan Rangga yang kekar itu.
"Eh kenapa? Malu ya? Hehe," tanya Rangga sambil terkekeh.
"Ih, apaan sih. Sumpah kamu itu nyebelin banget, banget, banget!" seru Meisya.