Mama Ningrum hanya terdiam. Wajahnya murung dan pandangannya tampak kosong. Dia benar-benar sedih karena memikirkan kondisi Meisya yang semakin memburuk.
Om Burhan hanya terdiam melihat keadaan kakaknya itu. Dia bisa mengerti bagaimana perasaan seorang ibu saat melihat anaknya yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
Om Burhan sendiri juga merasa sangat gelisah. Di satu sisi dia gelisah karena kondisi Meisya yang semakin memburuk. Tapi di sisi lain, dia gelisah karena sifat kejam istrinya itu. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang ini.
Om Burhan berulang kali melihat jam di tangannya. Dia tidak sedang bingung memikirkan istrinya dirumah. Tapi dia sedang cemas karena sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dan dokter yang menangani Meisya masih belum keluar juga. Om Burhan hanya bisa berharap-harap cemas. Dia berjalan mondar mandir kesana kemari.