Aku segera berjalan menghampiri mereka, dan aku melihat mama yang masih tampak menangis. Sementara papa, dia malah berdiri berkacak pinggang sambil menatap tajam ke arahku.
"Keterlaluan! Udah punya istri tapi masih aja ngebet mau punya lagi. Dasar penggila wanita, serakah, tamak!" ucapku sambil berlalu dari hadapan mereka.
Papa tampak begitu marah saat mendengar perkataanku tersebut. Tiba-tiba saja dia menghentikan langkahku.
"Hei, apa maksud kamu, hah?" bentak papa kepadaku.
Aku pun menoleh kearah papa sambil tersenyum kecut.
"Papa tahu maksud aku. Papa itu serakah, tamak, dan gila wanita. paham?" tanyaku dengan nada menghina.
"Kurang ajar kamu! Berani kamu bicara seperti itu sama papa. Mau papa pukul kamu? Dasar anak nggak berguna. Kuliah nggak mau, kerja nggak mau. Dasar kamu itu, bisanya cuma menyusahkan dan menghabiskan harta orang tua," maki papa.
"Papa pikir aku peduli? Enggak," jawabku santai.
"Kamu! Kurang ajar kamu!" teriak papa kasar.