Aku tersenyum getir saat melihat papa yang sudah tidak berdaya dengan luka di wajahnya. Dia tampak mengaduh dan meminta tolong kepadaku dan mama. Mama pun segera beranjak untuk menolong papa, tetapi aku segera mencegahnya.
"Nggak usah Ma. Itu belum seberapa dengan sakit hati yang sudah Mama alami," aku berkata sambil menahan mama agar tidak menolong penghianat itu.
"Tapi Rangga, kasihan papa kamu," jawab mama sambil menangis.
Aku memandang heran kepada mama. Kenapa mama bisa punya hati sebaik ini padahal dia sudah disakiti.
"Ma, nggak usah kasihan sama papa Ma. Papa udah mukul aku dan menampar Mama. Apakah dia punya rasa kasihan untuk kita berdua Ma?" tanyaku kepada mama.
Mama menundukkan kepala tanpa menjawab pertanyaanku.
"Ayo Ma, sekarang kita pergi. Biarkan saja papa dengan keadaannya seperti ini. Bukankah ada selingkuhannya yang akan menolongnya? Ayo Ma,kita pergi!" ajakku sambil menuntun tangan mama.