Dunia Maureen terasa hancur seketika itu juga. Hatinya begitu sakit, bagaikan disayat ribuan sembilu panas. Jantungnya berdebar sangat kencang, bersamaan dengan air mata yang tiba-tiba mengalir deras membasahi wajahnya. Kepalanya mendadak terasa begitu sakit, dan pandangannya juga nampak berkunang-kunang.
"Jin kecelakaan?" lirih Maureen mengulangi apa yang tadi dikatakan oleh calon ayah mertuanya.
"Benar, Maureen. Sekarang lebih baik kamu datang ke rumah sakit Fatmawita. Seok-jin dirawat di sana," titah ayah Seok-jin, Lee.
"Baik, Appa. Maureen akan segera kesana."
Maureen buru-buru menutup sambungan teleponnya dan berlari keluar rumah, dengan tetap mengenakan gaun pengantin di tubuhnya, tanpa mempedulikan lagi tatapan-tatapan aneh dari puluhan pasang mata yang melihatnya.
"Maureen, kamu mau kemana?" tanya sang mama yang melihat putrinya nampak berjalan tergesa-gesa.