Hari itu Sophia benar-benar merasa putus asa. Andai saja dia tidak memilih untuk pergi dan mengikuti Mr. Anthony, andai saja dia lebih memilih untuk tetap tinggal dan bergabung bersama dengan teman-temannya yang lain. Pastinya semua ini tidak akan menjadi sekeruh ini.
Penyesalan memang hanya terjadi di akhir. Sophia tidak mungkin menghentikan waktu yang terus bergulir. Kenyatan tentang darah yang mengalir di dalam tubuhnya merupakan sesuatu yang tidak bisa diubah. Takdir memang kejam bagi Sophia yang terlahir sebagai anak perpaduan dari dua kaum yang selama hidupnya selalu bermusuhan.
Belakangan ini memang sosok pria bernama Robert Alexandro itu selalu datang di dalam mimpinya. Bahkan berkali-kali pula pria yang memiliki wajah sangat mirip dengannya itu menjelaskan jika dia adalah ayah Sophia. Namun, bagaimana pun rasanya Sophia masih tidak menyangka jika hal itu benar adanya.