Mas Hari Abimanyu menatap wajahku begitu dalam ada dengannya? Membuat jantungku berdetak lebih kencang saja. Perasaan ini selalu saja terulang, dia paling bisa membuat diriku melayang ke udara.
"Kenapa melihatku terus? Awas jatuh cinta," ledekku.
"Memang sudah jatuh cinta," sahut Mas Hari Abimanyu membuat aku jadi merasa salah berbicara.
"Jangan merayu aku terus, lebih baik makan nasi gorengnya," ujarku.
"Tidak mau," jawab Mas Hari Abimanyu membuat aku menjadi heran.
"Kenapa? Enak loh, nasi goreng dijamin kamu suka," ujarku.
"Aku mau disuapin sama kamu," timpal Mas Hari Abimanyu membuat aku terkejut padahal sudah ada dua sendok di atas satu piring. Bapak penjual nasi goreng semakin menggoda kami berdua.
"Disuapin dong, pacarnya," ledek Bapak penjual nasi goreng gerobakan di gang di mana aku mengontrak.
"Malu, kenapa bukan kamu saja yang menyuapi aku sebagai perempuan," kataku. Siapa sangka Mas Hari Abimanyu langsung menyendok nasi goreng dan menyodorkan ke mulutku. Wah dia begitu cepat responnya.
"Untuk aku?" tanyaku.
"Iya, buka mulutnya anak cantik," ujar Mas Hari Abimanyu meledekku.
"Mas Hari Abimanyu, aku bisa makan sendiri," sahutku malu-malu.
"Cie-cie, buka mulutnya dong, tadi katanya minta disuapin sama pacarnya," ledek Bapak penjual nasi goreng yang kelihatannya suka sekali menggoda aku dan Mas Hari Abimanyu yang mungkin terlihat malu-malu tapi mau.
Akhirnya aku membuka mulutku.
"Nah, begitu dong," hardik Mas Hari Abimanyu tersenyum simpul.
"Kalian masih PDKT atau pacaran?" tanya si bapak.
"PDKT apa, ya?" tanyaku.
"PDKT itu pendekatan terhadap seseorang yang kita suka," jawab Mas Hari Abimanyu.
"Betul itu, Mbak terima saja cinta Mas nya, kasian dia kurang apa coba? Sudah ganteng, lucu lagi, kelihatannya anak Soleh," puji Bapak penjual nasi goreng seolah dia mengenal Mas Hari Abimanyu.
"Makasih banyak Pak atas pujiannya, alhamdulillah kalau saya terlihat seperti itu, semoga memang benar seperti itu, aamin." Dia terlihat senyum dipuji.
"Jawab Mbak, kok diam?" tanya Bapak penjual nasi goreng lagi.
"Kok, jadi Bapak yang ngebet ingin tahu jawaban saya?" kataku tertawa kecil.
"Aryna Zakia Rahma kamu mau tidak jadi kekasih hatiku? Sebagai laki-laki aku Hari Abimanyu tulus cinta sama kamu dan siap menikah dengan kamu kapanpun," ujarnya begitu serius. Orang-orang yang kebetulan melihat kami mendadak jadi tepuk tangan dan bersorak berkata terima-terima.
"Terima-terima, kalau tidak ditolak buat saya saja, Mas gantengnya," teriak salah satu orang yang berada di sekitar kami.
"Iya-iya aku terima," sahutku dengan cepat merasa terpojok.
"Alhamdulillah, terima kasih pacarku," kata Mas Hari Abimanyu memanggilku dengan sebutan pacarku.
"Untuk cinta tidak perlu kata terima kasih, Mas," tuturku lembut sambil melempar senyuman termanis untuk malam spesial.
"Jadi nasi goreng Bapak menyatukan cinta kalian berdua, ya? Nasi goreng cinta ini jadi saksi kalian berdua ketika resmi jadi sepasang kekasih, semoga langgeng dan kejenjang pernikahan," kata Bapak penjual nasi goreng mendoakan.
Sebetulnya terlalu cepat, hati aku masih merasa takut untuk menjalankan hubungan yang namanya pacaran. Namun malam aku sudah terdesak jika ditolak kasian Mas Hari Abimanyu akan malu di hadapan banyak orang, tapi misal diterima rasanya juga tepat sebab aku pun mencintai dia.
"Cie nasi goreng cinta, buka mulutnya sayang," kata Mas Abimanyu menyuapiku lagi dan aku senang hati membuka mulut. Nasi goreng satu piring berdua begitu romantis, tidak terasa waktu semakin larut dan kami akan segera pulang.
"Pak satu porsi berapa?" tanyaku yang baru pertama kali beli nasi goreng.
"Untuk kamu Mbak Aryna spesial dengan harga murah meriah, cukup bayar Rp 10.000, 00 saja," jawab si Bapak sambil senyum dia seolah ikut bahagia ketika aku dan Mas Hari Abimanyu resmi jadian.
"Ini uangnya Pak," kata Mas Hari Abimanyu dia menyodorkan uang Rp 50.0000,00 sambil berkata kembaliannya untuk bapak saja.
"Yang benar Mas Hari?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
"Ya, benar masa bercanda. Terima kasih juga sudah mendukung dan mendoakan saya tadi," ujar Hari Abimanyu.
Hatiku semakin tersentuh dan jatuh cinta pada sosok Hari Abimanyu dia begitu sopan dan ramah juga baik hati. Bapak penjual nasi goreng berniat memberikan diskon Rp 5000,00 tapi ternyata Allah membalasnya dengan berlipat kali ganda langsung seketika.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Mas Hari dan Mbak Aryna, sering-sering makan nasi goreng Bapak, ya." Bapak lusuh berambut putih itu terlihat sangat bahagia dengan uang yang tidak seberapa di mata Hari Abimanyu ternyata sangat berarti di mata orang lain.
"Insya Allah Pak, kami permisi pulang dulu," kata Mas Hari Abimanyu pamit.
"Semoga dagangan laris dan cepat habis, Pak. Aamiin." Aku mendoakan Bapak penjual nasi goreng sebelum pulang.
"Aamiin, makasih Nak Aryna," jawabnya.
Bapak penjual nasi goreng tahu nama kami berdua tanpa kenalan, tapi kita justru lupa bertanya siapa nama beliau?
Rasanya takut punya pacar, kata orang cinta bisa membuat seseorang sangat bahagia namun bisa juga membuat sakit hati yang begitu dalam. Masalahnya adalah aku takut sakit hati, semoga Aryna Zakia Rahma beruntung tidak akan pernah mengalami sakit hati, meskipun tidak mungkin.
Mas Hari Abimanyu tiba-tiba menggandeng tanganku, membuat seluruh tubuhku menjadi terasa panas. Keringat dingin mengalir, ingin menolak tapi mulut seolah terkunci dan membiarkan dia menyentuh jemariku untuk pertama kali.
"Kamu grogi, ya?" tanya Mas Hari Abimanyu.
"Tidak kok," sahutku.
"Masa? Tapi kok, keluar banyak keringat," celetuknya membuat aku malu.
"Maksudnya tidak salah," sahutku berkata jujur dan dia malah tersenyum.
"Jangan grogi aku tidak akan berbuat nakal kok, justru kamu adalah perhiasan dunia yang wajib dijaga," ungkap Mas Hari Abimanyu.
"Iya, Mas terima kasih. Aku harap kamu bisa menjaga hati, meskipun kita baru pacaran tapi wajib setia," gumamku.
"Insya Allah, tapi tidak janji," sahutnya membuat kedua mataku langsung mendelik tidak percaya dengan jawaban Mas Hari Abimanyu.
"Kok, Insya Allah? Kamu tidak setia aku minta putus!" pekikku kemudian menepis tangannya.
"Insya Allah aku setia, kamu akan menjadi perempuan satu-satunya yang aku cintai," kata Mas Hari Abimanyu.
"Masa? Gombal!" ejekku.
"Bukannya diaamiikan malah, diejek gombal, lap, keset, kamu mau kan aku jadi laki-laki setia?" tanya Mas Hari yang langsung aku jawab dengan kata-kata iya, aku mau kamu setia.
"Lihat itu!" Dia menunjuk ke arah langit.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kamu tahu tidak?" tanya Mas Hari Abimanyu.
"Tahu apa?" tanyaku lagi.
"Jika kamu jadi bulan di atas langit sana, maka aku jadi langitnya," kata Mas Hari Abimanyu.
"Oya, kenapa tidak jadi bintang?" tanyaku lagi yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan.
"Soalnya apa, ya? Tidak tahu hehe …. yang jelas kita berdua akan bersatu dan beratapkan langit yang sama," sahut Mas Hari Abimanyu.