Chereads / PELACUR DI RANJANG SUAMIKU / Chapter 2 - GALAU YANG MENGGUNUNG

Chapter 2 - GALAU YANG MENGGUNUNG

Gava mengemudikan mobilnya menuju ke arah kantornya, di dalam mobil dia berfikir keras tentang apa yang disampaikan oleh Bu Uzair.

Apa mungkin suaminya, Rasyid berani melakukan hal-hal seperti yang dikatakan oleh Bu Uzair. Bukankah selama ini Rasyid adalah orang yang taat beragama, apa mungkin dia berani melakukan hal itu?.

Gava menjadi resah, bisa saja Rasyid berada dalam godaan perempuan yang agresif, cantik, percaya diri dan bisa membuat dia terpesona. Selama ini kehidupan rumah tangga Gava memang baik-baik saja tetapi mungkin saja hal itu terjadi.

Ah....Gava menjadi resah, dia bimbang bukan kepalang, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang hingga kemudian dia sampai di kantornya.

Gava memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang sudah disediakan, dia tidak langsung turun tetapi mencoba menelpon Rasyid.

Dia coba menghubungi Rasyid melalui panggilan video. Satu panggilan tidak terjawab. Gava mencobanya lagi, dua panggilan juga tidak terjawab, Gava masih mencobanya lagi, sampai di panggilan ketiga pun tidak terjawab.

Kegalauan Gava semakin memuncak, dia bingung sekali apa yang sedang dilakukan Rasyid saat ini, apa mungkin Rasyid selingkuh, seperti apa yang diisyaratkan oleh Bu Uzair.

Gava menarik nafas panjang. "Bila memang kenyataan itu terjadi lantas apa yang akan aku lakukan?, apakah mungkin aku akan berdebat panjang dengan Rasyid tentang hal ini?. Aku akan sangat malu sekali memperebutkan laki-laki, untuk apa?, bukankah kita punya kesempatan untuk hidup tenang dan bahagia?."

Gava diam, dia enggan untuk turun dari mobilnya sampai kemudian notifikasi grup para Istri Wakil Rakyat pun berbunyi, beberapa foto dikirim ke sana tampak foto bapak-bapak yang sedang tersenyum bergandengan tangan dengan Owner Hotel. Mungkin fotonya akan tampak biasa-biasa saja jika tanpa dibumbui kalimat yang sudah disampaikan oleh Bu Uzair karena bumbu kalimat itu akhirnya foto-foto yang tampak hari ini menjadi sesuatu yang meresahkan memang. Tak berapa lama. . muncul panggilan dari Rasyid. Serta merta Gava menerimanya.

"Assalamualaikum . ." "Ada apa sayang, tumben telepon?." "Waalaikumussalam, tidak ada apa-apa Mas, hanya ingin tahu kabarmu hari ini bagaimana?." Rasyid tersenyum sambil tawanya meledak "tumben sekali kamu menanyakan kabarku pagi-pagi begini."

"Memangnya nggak boleh ya Mas, aku nanya kabarmu?." "Boleh dong. . . kenapa jadi tidak boleh, boleh dong, kamu itu kan pemilik hatiku kamu boleh melakukan apapun terhadap ku. Hanya pagi-pagi begini tidak biasanya, kita kan selalu bertemu di rumah. Sebenarnya ada apa?."

"Ini sudah bukan pagi Mas, ini sudah siang, sampai perputaran waktu saja kamu lupa tumben juga."

"Loh ada orang bicara kok malah sewot. Kabarku baik, aku sedang di kantor. Oh iya tadi katanya mau video call ya. Sebentar ya aku alihkan video call." Rasyid lantas mengubah panggilannya menuju ke panggilan video, tampak dia sedang duduk di dalam kantornya, di ruangan itu Rasyid tersenyum sangat bahagia. Rasyid kemudian meledek Gava dengan berkata "aku suka kalau kamu kangen, kangen saja terus yang lebih sering dari ini juga nggak apa-apa aku juga sering kok kangen sama kamu hanya aku malu mau mengatakannya padamu."

Gava tersenyum lagi, "bisa-bisanya kamu berkata seperti itu, bilang saja kok malu."

"Kamu juga malu kan kalau mau ngomong kangen sama aku, tumben tumbennya juga hari ini kamu telepon dan menanyakan kabarku, aku sepertinya mendapatkan kejutan durian runtuh hari ini."

"Ya sudah jangan bicara terus, sudah dulu ya aku mau masuk ke kantor. Aku belum masuk nih aku masih ada di tempat parkir."

"Iya Tuan Putri silakan masuk ke kantor semoga pekerjaannya hari ini lancar ya." Kata Rasyid kepada Gava.

Gava lantas menambahkan. "Jangan lupa pulang tepat waktu, aku ingin makan malam bersama hari ini."

"Iya Sayang, aku akan pulang tepat waktu kamu mau nitip apa?, mau aku belikan sesuatu?."

"Tidak. .Tidak perlu, terima kasih, yang penting makan malam di rumah saja, aku akan minta Mbak Tin untuk membikinkan makanan kesukaan Mas Rasyid."

"Siap Putri cantikku. . hati-hati ya. . jaga diri baik-baik, jangan lupa jangan banyak senyum kepada laki-laki karena aku tidak mau bertanggung jawab atas senyum itu di akhirat nanti."

"Kamu juga Mas, jangan banyak senyum terhadap perempuan, terlebih lagi kalau misalnya kamu sedang booking kamar hotel untuk kegiatan-kegiatan kantor, enggak usah pakai kenalan dengan Owner Hotel, Manager Hotel, Resepsionis Hotel. Apalagi sampai foto bersama."

Di seberang sana tampak Rasyid tertawa terbahak-bahak. Dia lantas berkata.

"Pasti ada yang menyebarkan kabar buruk ini rupanya, pasti ibu-ibu itu."

"Sudahlah tidak perlu dibahas. Aku males ngomongin itu yang penting aku minta sama kamu jangan sampai kamu melakukan hal-hal yang dilarang agama, Mas. Jangan takut terhadap ku, takut saja kepada Tuhan. Tuhan itu Maha baik tapi Tuhan tidak mau kalau kita melakukan hal-hal buruk yang bertentangan dengan agama."

"Iya sayang. . Insya Allah siap, akan aku lakukan, kamu juga bantu aku dengan doa ya supaya tidak ada godaan yang mendekat dan andai pun ada, doakan aku dijadikan Tuhan sebagai laki-laki yang kuat." Gava manggut-manggut sambil bertukar senyum, mereka lantas saling melambaikan tangan dari tempat masing-masing.

Gava bahagia ternyata suaminya, Rasyid masih baik-baik saja, dia masih menghubungi kembali ketika tidak dapat mengangkat panggilan video yang tadi dilakukan oleh Gava.

Dalam percakapan itu Rasyid juga tampak ceria. Rasyid tidak merasa terganggu dengan telepon yang disampaikan oleh Gava dia begitu bahagia artinya tidak ada hal-hal yang bisa membuat Gava curiga, semuanya dalam kondisi yang stabil dan baik-baik saja. Gava lantas memutuskan untuk turun dari mobilnya, sudah waktunya dia melakukan pekerjaannya kembali tidak terlibat dengan urusan emosi dan perasaan meskipun memang mempertimbangkan emosi dan perasaan itu terkadang ada perlunya juga tetapi tidak harus selalu begitu.

Gava menutup mobilnya lalu melenggangkan kaki dan tangannya menuju ke kantor tempat ia bekerja.

"Selamat pagi Bu . .selamat pagi bu. . sapa beberapa karyawan yang menemui dirinya. Gava lantas melirik ke jam tangan yang ada di tangannya, jam tangan Rolex itu menunjukkan bahwa saat ini pukul 12.15 tapi kenapa semua orang mengucapkan selamat pagi padanya bahkan Rasyid tadi juga mengatakan selamat pagi kepada Gava "apa jam tanganku yang salah?."

"Sebentar . .sebentar ini sudah siang kan kenapa kalian mengucapkan selamat pagi?." Mereka lantas menoleh ke arah jam dinding dan benar di jam dinding itu menunjukkan pukul 12.15 artinya memang hari sudah siang.

"Iya Bu sekarang memang sudah siang tetapi kan semangatnya masih tetap pagi Bu."

"Oh begitu ya oke deh, oke." Gava tersenyum dengan sangat bahagia dia memasuki ruangannya lantas meletakkan tas yang dari tadi dia pegang dia ingin melanjutkan pekerjaannya kali ini hatinya tenang kegalauan yang tadi menggunung itu sudah hilang semoga saja kegalauan itu tidak pernah datang, dia selalu berharap agar rumah tangganya baik-baik saja seperti juga Ayah dan Bundanya yang tetap selalu setia, sampai hari ini tidak ada pertengkaran di antara mereka andaipun ada semuanya bisa mereka selesaikan dengan sangat sempurna dan paripurna.