Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SIAPA KAMU?

Jellyfishhh
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4k
Views
Synopsis
Semua baik-baik saja, tepat pada porosnya ketika kasus itu belum mengambang di permukaan. Seorang gadis mungil berkelakuan keras tetap pada sikapnya yang tak pandang bulu. Seorang pria tampan berkacamata tetap asik dengan kelakuan sok cueknya dengan tingkah gadis yang dikaguminya. Seorang pria tampan bermata sekelam malam itu tetap pada kegiatan tidurnya ketika guru sedang menjelaskan di kelasnya. Semuanya terasa tenang … dan tidak menyakitkan ketika mereka belum bertatap muka secara langsung. Namun, takdir sudah menggariskan segalanya. Ami dan Ryu adalah seorang detektif dari sebuah perusahaan sewasta, sementara di sisi lain,  Haru adalah pemuda yang entah beruntung atau tidak, mendapat anugerah khusus berupa kemampuan mendengar dan menyelami isi pikiran orang lain. Hingga semuanya berubah ketika bertemu dengan gadis itu, ia bimbang dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya, mengapa gadis itu? Apa yang salah dengannya? Mengapa ia kehilangan kemampuannya ketika bersama gadis itu? Ia merasa damai hanya dengan mendengar pikiran mau pun suara gadis itu Namun, masih banyak pertanyaan dan kejadian lain yang menunggu mereka di masa depan. satu-satunya yang merupakan pertanyaan terbesar adalah … Siapa kamu?
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

'Seorang siswi tahun ketiga pada sebuah sekolah menengah atas berinisial 'M"' ditemukan tewass tak bernyawa pagi ini di atap sekolah dengan kondisi mengenaskann. Menurut kesaksisan penjaga keamanan sekolah, selaku orang yang pertama kali menemukan siswi M,  seragam sekolah yang dikenakan siswi tersebut sudah tak berbentuk lagi karena sudah robek di sana sini. Kemeja sekolah yang seharusnya berwarna putih bersih berubah menjadi berwarna merah pekat karena darahh yang mengalir dari tenggorokannya yang hampir terpu….'

Kalimat panjang dari pembaca berita cantik dengan potongan rambut pendek sebahu di sebuah stasiun televisi swasta tersebut tiba-tiba terdengar tak terlalu jelas ketika seorang pria tampan berkacamata keluar dari salah satu ruangan. Ia lantas mulai melanjutkan langkahnya setelah menutup pintu ruangan tersebut dengan suara yang terdengar lumayan keras hingga dapat mengalihkan perhatian beberapa rekan kerjanya yang lain ke arahnya.

Masih sembari terus melanjutkan langkahnya, sepasang mata tajam di balik lensa kacamata itu menatap lurus ke arah seorang gadis yang sedang duduk di pinggiran meja yang tak jauh dari posisinya saat ini. "Komandan mencarimu!" jelas pria berkacamata dan berambut cepak rapi tersebut dengan raut malas pada gadis cantik yang terlihat sangat serius menonton berita di televisi. Pria muda itu kemudian mendudukkan dirinya di sisi meja gadis yang sedang menatapnya dengan mata memicing sebal, namun pria itu hanya meliriknya tidak peduli.

Setelah mendengus sebal karena merasa baru saja diganggu, gadis itu, Ami mendecih dan berdiri menatap pria tersebut dengan kedua lengan bertopang di setiap sisi pinggangnya. Gadis itu menatap pria tampan dengan kacamata bergagang hitam tersebut dengan tatapan tajam, namun hanya dibalas dengan sebelah alis terangkat oleh pria itu.

"Dasar menyebalkan," gerutu Ami dengan suara lemah. Setelah dengan sengaja menambrak kaki Ryu, si pria berkacamata di sampingnya, Ami lalu beranjak dengan langkah menghentak memasuki ruangan tempat Ryu baru saja keluar sebelum memanggilnya tadi. Gadis itu terus berjalan menjauh meninggalkan Ryu di tempatnya tadi.

Di sisi lain, Ryu hanya menatap punggung kecil Ami selama beberapa saat sebelum bangkit berdiri dan berjalan memasuki ruangan miliknya sendiri.

Setelah mengetuk permukaan pintu berwarna gelap tersebut sebanyak tiga kali, Ami memberanikan dirinya mendorong sedikit pintu ruangan yang ada di hadapannya lalu menjulurkan kepalanya melalui celah pintu yang baru saja dia buka sedikit untuk mengintip keadaan di dalam ruangan tersebut. Gadis itu kemudian menatap dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin pada atasannya yang menatapnya datar dari balik meja kerjanya. Sembari terus menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal sama sekali, Ami membuka pintu semakin lebar lalu melangkah dengan langkah cepat memasuki ruangan. Gadis itu kemudian menarik kursi untuk dirinya sendiri dan duduk tanpa menunggu dipersilahkan terlebih dahulu oleh pemilik ruangan yang hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Ohayou, Akimura-san!" Ami tersenyuman terlalu lebar dan sama sekali terlihat tidak peduli dengan atasannya yang sedang menghembuskan napas lelah. Gadis itu menjalankan jemari mungilnya menyusuri ukiran nama atasannya tersebut di sebuah plat kaca di atas meja. Ia baru mngangkat kepalanya lambat-lambat ketika mendengar deheman pelan orang di depannya.

(Ohayou : Selamat pagi

San : Sapaan hormat pada orang yang lebih tua, dapat diartikan sebagai 'tuan' atau 'pak')

Setelah memutar laptopnya hingga menghadap Ami, Komandan Akimura bertanya dengan nada tegas khas seorang pemimpin. "Kau sudah melihat berita ini, 'kan? Bagaimana menurutmu?" Ia menunjuk berita yang juga sempat ditonton Ami tadi di ruang tunggu kantor. Pria itu kemudian mengusap kepalanya yang sudah tak berambut hampir setengahnya tersebut, sebelum kembali berujar pada Ami yang menatapnya dengan wajah polos yang dibuat buat. "Sudahlah, Intinya … kasus ini akan menjadi tugasmu dan aku tidak menerima bantahan jenis apa pun itu. Keluar dan cari sendiri teman untuk membantumu." Komandan Akimura terlihat melotot galak dengan cepat ketika melihat gelagat protes dari Ami yang saat ini sedang mengulitinya dengan pandangan tajam. Pria tua itu kemudian berpura pura sibuk membolak balik kertas kosong yang ada di atas meja.

Melihat Komandan Akimura yang kembali berfokus pada pekerjaannya dan tak menganggapnya ada, Ami hanya bisa mendecakkan lidahnya kesal kemudian beranjak pergi menutup pintu dengan pintu menutup meninggalkan suara debuman kencang. Gadis itu bahkan sempat menendang pelan pot bunga yang ada di samping pintu sebelum dia melangkah keluar ruangan. Gadis itu yang awalnya berjalan dengan kepala menunduk lesu menyusuri lobi kantor tiba tiba menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum girang ketika melihat seseorang yang bisa membantunya saat ini sedang berdiri menyandar di samping pintu masuk gedung kantor, tampak sedang berbicara dengan seseorang menggunakan ponsel canggih dengan casing berwarna hitam bergambar kartun kesukaannya. Ami terlihat membiarkan orang itu, Ryu untuk menyelesaikan urusannya dengan orang di seberang sambungan teleponnya. Gadis itu hanya berjalan ke samping Ryu kemudian berjongkok memainkan tali sepatu yang digunakan oleh Ryu yang hanya meliriknya malas sebelum kembali fokus pada percakapannya.

Hampir delapan menit kemudian, Ryu akhirnya memutuskan sambungan telepon dan memasukkan ponsel  miliknya ke dalam saku celana yang sedang ia gunakan. Pria itu kemudian menunduk ke arah Ami yang mendongak dengan senyum lebar ke arahnya.

"Ryu-kun! kau mau menjadi partner-ku kan?"

(Kun : Sapaan untuk laki-laki muda)

Ryu menggoyangkan tangan Ami yang mendadak meraih pergelangan tangan miliknya dan menariknya dengan senyuman memelas meminta pertolongan. "Tergantung apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya," ucap Ryu kini dengan senyuman miring ketika melihat ekspresi cemberut yang ditunjukkan oleh gadis kecil yang masih berjongkok di dekatnya tersebut, "jangan terlalu dipikirkan, Aku akan memberitahumu keinginanku ketika pekerjaan ini selesai. Bagaimana menurutmu?"

Seorang rekan kerja mereka yang kebetulan lewat mendadak terkekeh geli melihat dua orang muda tersebut berada pada posisi aneh. "Jangan terlalu memanjakan gadis kecil itu, Ryu," ucapnya dengan nada menggoda.

"Dia pasti hanya memanfaatkanmu, Ryu. Berhati hati lah," sambung pria lain di dekat mereka, sama menggunakan nada dan ekspresi menggoda.

Ryu terkekeh dan mengangguk pelan sembari mengacungkan jempolnya mengerti, sedangkan Ami semakin menekuk wajahnya sebal setelah menjulurkan lidahnya pada dua orang yang sudah berlalu pergi tersebut.

"Bagaimana? Apa kau bersedia menuruti permintaanku nantinya, Ami-chan?"

(Chan : Sapaan untuk gadis muda)

Setelah berfikir selama beberapa saat, Ami menganggukkan kepalanya semangat kemudian menjawab dengan senyum lebar. "Baiklah … Intinya kau yang harus menemaniku melakukan pekerjaanku saat ini,"

"Oke," sahut Ryu dengan senyum misterius.

Ami dengan penuh semangat kemudian melilitkan jari kelingking miliknya dan milik Ryu untuk mempertegas perjanjian mereka, setelahnya ia bergerak dengan riang menuju ruang kerja miliknya. Gadis itu pergi meninggalkan Ryu yang saat ini berjalan keluar dari gedung kantor dan berjalan menuju parkiran sembari menekan beberapa angka yang ada di layar ponsel canggihnya.

Ryu kemudian terlihat menyandarkan tubuhnya di bagian samping mobil polisi yang terparkir tidak jauh darinya sembari menempelkan layar ponselnya pada gendang telinga kananya. "Ohayou. Apa kabar, Oji-san? Aku ingin meminta bantuanmu," ujar Ryu dengan santai kemudian mendongakkan kepalanya mengamati ketinggian atap gedung kantor tempatnya bekerja.

(Oji-san : Paman)